wartaiainpontianak.com – Sebagai kelompok manusia yang memiliki tujuan yang berbeda tentu setiap kepala manusia yang diberikan kelebihan dalam berfikir tentu memiliki keinginan untuk sejahtera, disamping itu ego manusia tentu berbeda-beda dan harus dipenuhi menurut hasratnya. Tetapi ada satu faktor agar semua tidak halang melintang tak tentu bisa menjadi perubahan yang baik dalam menjalani kehidupan.
Ya manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, manusia bisa berkembang karena manusia memiliki sifat sosial yang menjadi pendobrak masa depan dan tenang dalam menjalani kehidupan. Manusia dituntut harus bisa bekerja sama dan berusaha bersama dalam menjalani hidup maka akan tercipta kehidupan yang harmonis dan damai.
Menurut Nana Supriatna Makhluk sosial adalah makhluk yang memiliki kecenderungan menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya sebagai kebutuhan dasar yang disebut kebutuhan sosial. Dan menurt Muhammad Zuhri Makhluk sosial adalah makhluk yang tidak akan sanggup hidup sendiri, selalu bergantung pada orang lain dan apa yang dibutuhkannya dalam hidup juga dibutuhkan pula oleh orang lain. Maka dalam kehidupan kita harus memiliki jiwa sosial dan ketika kita tidak memiliki jiwa itu maka kita akan mati dalam kesendirian.
Dalam hidup bersosial tentu kita akan memiliki sosok panutan yang bisa menjadi pengarah masyarakatnya untuk hidup lebih baik, dan kehidupan dalam bernorma tentu sosok pemimpin akan menjadi orang sangat dipercaya bisa membawa kehidupan lebih baik dari sebelumnya.
Itu semua merupakan prinsip dalam kehidupan, tetapi pada kenyataanya sosok pemimpin terkadang jauh dari harapan masyarakat, tidak jarang pula pemimpin justru hanya sebagai ajang lotre untuk bisa dipilih dan memiliki nama hingga menjadi penguasa. Fakta ini mungkin sama seperti kebanyakan orang yang memiliki pemikiran dalam taraf hidup yang ia rasa tidak ada bedanya dengan sebelumnya.
Akhir-akhir ini Institut Agama Islam Negri (IAIN) Pontianak sedang geger dengan kampanye dan banner yang terpajang menampilkan calon-calon pemimpin ketua Dewan Eksekutif Mahasaiswa (DEMA) ada tiga kandidat calon pemimpin yang sama-sama memiliki visi dan misi menjadikan IAIN lebih baik.
Dalam konteks ini IAIN sudah berkali-kali melaksanakan pemilihan ketua DEMA yang dalam pelaksanaanya persis dengan pemilihan presiden, apa yang sebenarnya IAIN minta dari sosok pemimpin? Apa yang akan dilakukan ketika ditetapkan sebagai sosok pemimpin terpilih? Hal ini bukan hanya menjadi pertanyaan IAIN saja melainkan seluruh rakyat mahasiswa yang akan dipimpin sudah sewajarnya mempertanayakan hal itu.
Menjadi seorang pemimpin mahasiswa tentu memiliki beban yang sangat berat dalam menjalani tugas sebagai ketua ia juga harus menjalankan tugas sebagai mahasiswa dalam mengenyam Pendidikan. Tetapi kedua tugas tersebut berani sosok pemimpin ambil karena sudah pasti sudah memiliki arah dan sudut pandang yang jelas.
“suara mahasiswa menentukan perubahan” itu adalah semboyan yang selalu digadang-gadang, karena mahasiswa menjadi ladang suara untuk bisa dan tidak bisanya calon ketua Dema naik menduduki jabatan.
Janji-janji kampanya sudah pasti terterap dalam visi dan misi, jalan pintas bukan menjadi solusi, keadilan dan hak mahasiswa harus terpenuhi bukan tugasmu jika sang ketua menjadikan jabatan sebagai menaikan nama sendiri, sudah sering kali hak mahasiswa terabaikan, apakah salah mahasiswa yang tidak berani mengadukan, ini semua sudah menjadi tanggung jawab ketua terpilih dalam menyuarakan keadilan, bukan menjadi penjilat yang tenang dalam kondisi rakyatnya terbungkam.
Kau adalah pemimpin terpilih, jangan biarkan rakyatmu dalam kondisi sedih, sebagai pemimpin sudah semestinya mencontohkan yang memiliki keterbukaan lebih, bukan terbuka kepada orang yang main pilih-pilih.
Jalankan visi-misimu sesuai yang kau ucapkan, jangan lalu lupa dan tuli saat hak mahasiswa terabaikan, sudah banyak contoh pemimpin yang bisa kau jadikan teladan, jangan sampai bibirmu berucap namun tidak ada tindakan.
Jadikan IAIN menjadi kampus yang memiliki kualitas bukan jadikan IAIN menjadi kampus yang tertindas, suara kami selalu tersampaikan, jangan baiarkan pesan kami kau abaikan.
Pemimpin terpilih jangan sampai kami lihat kalian bermain curang, jika iya maka kami akan berubah menjadi harimau yang garang, kau tau curang itu tidak baik, maka jujur adalah hal yang paling terbaik.”
Surat ini penulis sampaikan melalui sebuah pendapat keluh kesah hati yang penulis sampaikan melalui tulisan, dengan harapan calon pemimpin tahu apa yang harus ia lakukan, tulisan ini menjadi sebuah teguran agar kelak ketua terpilih menjadi pembela kebenaran.
Menjadi seorang pemimpin sudah sepatutnya memiliki keterbukaan terhadap segala sesuatu yang berkaitan kedang mahasiswa yang menunggu keadilan. Seharusnya pemimpin yang terpilih nanti haruslah memiliki jiwa berani menentang birokrasi jika terjadi penyelewengan, kerahkan mahasiswa dalam membela hak dan keadilan. Jadilah pemimpin yang jujur tanpa terpilih secara curang, jangan hanya koar-koar tetapi diam dalam kenyaman.
Jadilah pelopor yang aktif dalam diskusi kemahasiswaan dan aktiflah dalam menjalin tali silaturahmi dan membawa hubungan keharmonisan.
IAIN menunggu pemimpin yang ia harapkan, selamat bertugas teruntuk pempimpin terpilih dan yang kami nantikan sebuah pergerakan perubahan bukan teori-teori tanpa dasar yang bakal bermunculan. Harapan besar kami telah tersampaikan, tahun 2020 mahasiswa menunggu perubahan.
Penulis: Aris Mustofa
Editor: Syarifah Desy