Sumber Foto : Gemawan
wartaiainpontianak.com – Gemawan adakan pertemuan lanjutan sebagai rencana tindak lanjut pasar gagasan pada Juli kemarin. Kali ini, diskusi Aktivasi Konsep Kawasan Pembaharu di Kota Pontianak. Konsep ini sebagai penggerak sebuah sistem. (15/09).
Gemawan yang telah berkomitmen untuk menjadi ruang temu dan memfasilitasi teman-teman komunitas di Kalimantan Barat.
Fasilitator, Arniyanti menyambut kedatangan teman-teman yang sudah beberapa kali hadir di Gemawan maupun yang baru pertama kali hadir di tengah-tengah Gemawan.
“Kita akan membahas apa itu konsep pembaharu dan apa itu isu ketangguhan iklim untuk mencapai Kota Pontianak sebagai kota yang tangguh iklim seperti kegiatan sebelumnya ni adalah pertemuan ketiga,” ujar Arni.
“Pertemuan pertama kita mengundang komunitas untuk membicarakan bagaimana kota yang tangguh iklim dengan konsep pasar gagasan dan sebenarnya kegiatan hari ini ialah bagian dari tindak lanjut dari pertemuan kemarin. Nah, nanti kita akan banyak diskusi dan ada juga diskusi kelompok,” tambah Arni.
Sebagai pengantar, Laili menyampaikan bahwa diskusi sebagai ruang temu, berdiskusi, dan suka-suka. Diskusi ini akan membahas beberapa isu di kota Pontianak seperti; banjir, menurunnya permukaan tanah di daerah bantaran sungai, kebakaran Lahan, sulit air bersih.
“Julia pernah ngomong kalau harusnya kota Pontianak dikembalikan dan dijadikan sebagai indikator kesehatan. Seperti di India dan Selandia Baru sungai dianggap sebagai mahluk hidup yang punya hak asasi. Untuk memerankan sungai sebagai hak asai seperti di negara itu, maka peran Multi stkaholder menjadi penting (Perempuan, Kelompok Muda, Kelompok Disable, dan lain-lain),”tambah Laili.
Melihat isu utama tadi, ada usulan program PDAM gratis untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat harus memperhitungkan impact ekonomi yang akan dirasakan oleh masyarakat Integrasi dan Kerjasama antar wilayah dalam isu banjir, sampah, dan transportasi public.
“Kita masukkan dari pasar gagasan, sudah masuk di pemkot, menurut Bappeda akan masuk dalam bagian RPJMD. Intinya komitmen politis dari kepala daerah masing-masing,”tegas Laili.
Diskusi berlanjut mengenai Presentasi Isu-Isu Utama di Pontianak dan Konsep “Kawasan Pembaharu” Ashoka oleh Nani Zulminarni sebagai Regional Director Ashoka Southeast Asia, disampaikan bahwa Ashoka itu terbentuk dari sebuah perjalanan pendiri Ashola ke India yang disebut sebagai negara miskin, dari situ ada pembelajaran yang berlandaskan bisnis, kemudian di gagaslah Ashoka. Ashoka itu nama pohon di India.
Misi pertama Ashoka pada masa itu ialah menemukan orang gila yang berpikir bisnis, out of the box, mengembangkan impact dengan membuat fellowship yang membuat project untuk menghidupi lembaga.
“Sekarang sudah ada 4000 fellow diseluruh dunia yang tergabung dalam fellowship Ashoka. Namun dunia berubah pesat, jaman dulu tahun 80-an dengan sekarang beda sekali. Ashoka menyadari bagaimana semua orang punya mental untuk menggagas gerakan setiap orang bisa menjadi change maker,”tambah Nani.
Dunia berubah pesat yang tidak bisa di prediksi, perencanaan hanya bisa setahun karena tahun berikutnya sudah tidak bisa. Semua orang harus punya maindset untuk melakukan perubahan. Ashoka juga bermimpi, berapapun umurnya harus menjadi perubahan sepanjang hidup. Semua fellow ashoka diceritakan sejak masa kecil.
“Waktu saya ikut fellow, saya ditanya pernahkah saya melakukan perubahan. Setelah saya ingat, oh iya saya pernah mengorganisir teman sebaya untuk bisa main sepeda. Jadi itu cerita masa kecil dan ternyata inovator sosial punya masa kecil yang inovatif, ashoka percaya bahwa perubahan bisa berubah dari hal yang kecil.”kata Nani.
Proses yang dibangun ashoka dengan 3 Peta jalan yaitu; Keluarga, tumbuh kembang anak menjadi empati. Sukses ialah ketika anak mampu empati yang sangat dalam dan sangat kuat. Kemudian sekolah, sebagai gerakan pembaharu muda bagaimana anak-anak ini berorientasi change making bukan orientasi menjadi pegawai tapi bagaimana ia bisa menjadi respon perubahan
dan yang ketiga ialah pemimpin spritual penting untuk Indonesia jadi ini yang kita bangun.
“Gimana ya di Pontianak ini kita bisa berkolaborasi mengidentifikasi sistem, mulai dari keprihatinan ini kita bisa bekerja sama untuk menjadikan sebuah sistem lalu merubahnya sebagai latihan sehingga mudah menjadi change maker dan itu tujuan forum ini,” tambah Nani.
“Tujuan saya datang kesini untuk menanyakan pada teman-teman mungkin gak kita menjadi penggagas gerakan kawasan untuk mengubah sebuah sistem berdasarkan satu kerprihatinan kita terhadap kota tercinta kita ini. Change maker itu gerakan ya. Saya mau secara bertahap, detail-detailnya kita bisa lakukan intens.”tegas Nani.
Akhir diskusi, ada kesepakatan pertemuan lanjutan yang membuat sistem pembaharu karena mengingat bahwa konsep pembaharu yang di bawa Ashoka berbanding lurus dengan komitmen Gemawan untuk terus melakukan pergerakan.
“Jadi menurut saya tidak ada kalimat kami belum berbuat, nyatanya semua dari kita telah berbuat hanya kita tinggal melakukan aksi saja. Suara kalau ndak didukung gerakan tidak akan naik. Saya kira itu moment kita ya untuk saling membantu gimana-gimana, tidak mesti banyak,” tutup Laili.
Penulis : Febi Kartikasari
Editor : Tim Redaksi Warta
Penulis : Feby Kartikasari