Sabtu, September 23, 2023
Beranda blog

Episode Nobar yang Ceria; Gemawan Coba Suasana Nobar Baru

0

Sumber Foto : Gemawan

wartaiainpontianak.com – Selain adakan diskusi rutin yang menjadi ruang temu komunitas, Gemawan menjadi mitra Ashoka untuk melaksanakan pemutaran film. Rabu kemarin, Gemawan berkunjung ke TK Cerlang untuk nonton bareng Film berjudul Alfie Werewolf. Antusias pelajar sekolah Cerlang dan guru-guru Sekolah cerlang menjadi warna selama pemutaran film. (20/09).

Pemutaran film diharapkan menjadi hiburan yang membuat anak bahagia dan mampu memberikan inspirasi dan meningkatkan imajinasi serta kreativitas anak-anak yang akan membuka ruang ekspresi bersama dalam mendorong tumbuh kembang anak yang optimal.

Sedikit review film berdasarkan laman https://themovierat.com/2015/10/03/review-alfie-the-werewolf-dolfje-werewolfje-2011/ Alfie the Werewolf adalah kisah seorang anak lelaki berusia 7 tahun yang terlantar sejak kecil. Tepat di usianya yang ke-7 ketika bulan purnama tiba, dia mulai menyadari betapa berbedanya dia berbeda. Ia dikejar oleh organisasi misterius, dibantu oleh kakaknya ia berupaya menghadapi dan mencari tahu bagaimana menjalani kehidupan normal.

Dalam film, tersaji konsep yang diarahkan pada humor dan audiens berjiwa muda. Alfie the Werewolf adalah film yang menyenangkan bagi semua anggota keluarga. Sasaran paling menarik film ini untuk para orang tua bahwa ini adalah cara yang cukup baik untuk mencapai kompromi dengan anak-anak Hal ini dapat memberikan kesan saat menonton film bahwa keberadaan manusia serigala di tengah keluarga akan berpotensi menimbulkan luka emosional dalam prosesnya.

Setelah film selesai, Arniyanti memberikan beberapa pertanyaan dan hadiah bagi pelajar Sekolah Cerlang yang bisa menjawab.

“Seru kan ya filmnya? Nah ini Kak Arni ada beberapa pertanyaan dan nanti yang bisa menjawab angkat tangan lalu maju kedepan. Nanti Kak Arni kasi hadiahnya ya.” tutup Arni.

Pelajar Sekolah Cerlang antusias menjawab pertanyaan Arniyanti dan meraka diajarkan untuk berbagi hadiah kepada teman-teman yang belum berkesempatan menjawab pertanyaan.

Penulis : Feby Kartikasari

Editor : Tim Redaksi Warta

Mencoba Merancang Sistem Kawasan Pembaharu di Pontianak

0

Sumber Foto : Gemawan

wartaiainpontianak.com – Gemawan adakan pertemuan lanjutan sebagai rencana tindak lanjut pasar gagasan pada Juli kemarin. Kali ini, diskusi Aktivasi Konsep Kawasan Pembaharu di Kota Pontianak. Konsep ini sebagai penggerak sebuah sistem. (15/09).

Gemawan yang telah berkomitmen untuk menjadi ruang temu dan memfasilitasi teman-teman komunitas di Kalimantan Barat.

Fasilitator, Arniyanti menyambut kedatangan teman-teman yang sudah beberapa kali hadir di Gemawan maupun yang baru pertama kali hadir di tengah-tengah Gemawan.

“Kita akan membahas apa itu konsep pembaharu dan apa itu isu ketangguhan iklim untuk mencapai Kota Pontianak sebagai kota yang tangguh iklim seperti kegiatan sebelumnya ni adalah pertemuan ketiga,” ujar Arni.

“Pertemuan pertama kita mengundang komunitas untuk membicarakan bagaimana kota yang tangguh iklim dengan konsep pasar gagasan dan sebenarnya kegiatan hari ini ialah bagian dari tindak lanjut dari pertemuan kemarin. Nah, nanti kita akan banyak diskusi dan ada juga diskusi kelompok,” tambah Arni.

Sebagai pengantar, Laili menyampaikan bahwa diskusi sebagai ruang temu, berdiskusi, dan suka-suka. Diskusi ini akan membahas beberapa isu di kota Pontianak seperti; banjir, menurunnya permukaan tanah di daerah bantaran sungai, kebakaran Lahan, sulit air bersih.

“Julia pernah ngomong kalau harusnya kota Pontianak dikembalikan dan dijadikan sebagai indikator kesehatan. Seperti di India dan Selandia Baru sungai dianggap sebagai mahluk hidup yang punya hak asasi. Untuk memerankan sungai sebagai hak asai seperti di negara itu, maka peran Multi stkaholder menjadi penting (Perempuan, Kelompok Muda, Kelompok Disable, dan lain-lain),”tambah Laili.

Melihat isu utama tadi, ada usulan program PDAM gratis untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat harus memperhitungkan impact ekonomi yang akan dirasakan oleh masyarakat Integrasi dan Kerjasama antar wilayah dalam isu banjir, sampah, dan transportasi public.

“Kita masukkan dari pasar gagasan, sudah masuk di pemkot, menurut Bappeda akan masuk dalam bagian RPJMD. Intinya komitmen politis dari kepala daerah masing-masing,”tegas Laili.

Diskusi berlanjut mengenai Presentasi Isu-Isu Utama di Pontianak dan Konsep “Kawasan Pembaharu” Ashoka oleh Nani Zulminarni sebagai Regional Director Ashoka Southeast Asia, disampaikan bahwa Ashoka itu terbentuk dari sebuah perjalanan pendiri Ashola ke India yang disebut sebagai negara miskin, dari situ ada pembelajaran yang berlandaskan bisnis, kemudian di gagaslah Ashoka. Ashoka itu nama pohon di India.

Misi pertama Ashoka pada masa itu ialah menemukan orang gila yang berpikir bisnis, out of the box, mengembangkan impact dengan membuat fellowship yang membuat project untuk menghidupi lembaga.

“Sekarang sudah ada 4000 fellow diseluruh dunia yang tergabung dalam fellowship Ashoka. Namun dunia berubah pesat, jaman dulu tahun 80-an dengan sekarang beda sekali. Ashoka menyadari bagaimana semua orang punya mental untuk menggagas gerakan setiap orang bisa menjadi change maker,”tambah Nani.

Dunia berubah pesat yang tidak bisa di prediksi, perencanaan hanya bisa setahun karena tahun berikutnya sudah tidak bisa. Semua orang harus punya maindset untuk melakukan perubahan. Ashoka juga bermimpi, berapapun umurnya harus menjadi perubahan sepanjang hidup. Semua fellow ashoka diceritakan sejak masa kecil.

“Waktu saya ikut fellow, saya ditanya pernahkah saya melakukan perubahan. Setelah saya ingat, oh iya saya pernah mengorganisir teman sebaya untuk bisa main sepeda. Jadi itu cerita masa kecil dan ternyata inovator sosial punya masa kecil yang inovatif, ashoka percaya bahwa perubahan bisa berubah dari hal yang kecil.”kata Nani.

Proses yang dibangun ashoka dengan 3 Peta jalan yaitu; Keluarga, tumbuh kembang anak menjadi empati. Sukses ialah ketika anak mampu empati yang sangat dalam dan sangat kuat. Kemudian sekolah, sebagai gerakan pembaharu muda bagaimana anak-anak ini berorientasi change making bukan orientasi menjadi pegawai tapi bagaimana ia bisa menjadi respon perubahan
dan yang ketiga ialah pemimpin spritual penting untuk Indonesia jadi ini yang kita bangun.

“Gimana ya di Pontianak ini kita bisa berkolaborasi mengidentifikasi sistem, mulai dari keprihatinan ini kita bisa bekerja sama untuk menjadikan sebuah sistem lalu merubahnya sebagai latihan sehingga mudah menjadi change maker dan itu tujuan forum ini,” tambah Nani.

“Tujuan saya datang kesini untuk menanyakan pada teman-teman mungkin gak kita menjadi penggagas gerakan kawasan untuk mengubah sebuah sistem berdasarkan satu kerprihatinan kita terhadap kota tercinta kita ini. Change maker itu gerakan ya. Saya mau secara bertahap, detail-detailnya kita bisa lakukan intens.”tegas Nani.

Akhir diskusi, ada kesepakatan pertemuan lanjutan yang membuat sistem pembaharu karena mengingat bahwa konsep pembaharu yang di bawa Ashoka berbanding lurus dengan komitmen Gemawan untuk terus melakukan pergerakan.

“Jadi menurut saya tidak ada kalimat kami belum berbuat, nyatanya semua dari kita telah berbuat hanya kita tinggal melakukan aksi saja. Suara kalau ndak didukung gerakan tidak akan naik. Saya kira itu moment kita ya untuk saling membantu gimana-gimana, tidak mesti banyak,” tutup Laili.

Penulis : Febi Kartikasari

Editor : Tim Redaksi Warta

Penulis : Feby Kartikasari

Mengembalikan Peradaban Sungai

0
Sumber Foto : Gemawan

 

wartaiainpontianak.com – Kota Pontianak sebagai salah satu kota yang memiliki sungai terpanjang, namanya Sungai Kapuas. Jumat kemarin, Gemawan menghadirkan diskusi mengenai konsep pembaharu di Kota Pontianak bersama komunitas yang membuka ruang temu bagi siapapun untuk membicarakan isu utama di Kota Pontianak. (15/09).

Nani, sebagai Regional Director Ashoka Southeast Asia yang berawal dari Kalimamtan Barat ini mengalami cerita masa kecil di Kota Pontianak. Nani sempat merasakan air pasang dan masih merasakan situasi kota Pontianak yang rindang pohon.

“Dulu kalau air pasang selalu kita tunggu-tunggu buat berenang karena airnya bersih dulu tuh. Karena kan Pontianak ini sama dengan permukaan laut, jadi air pasang naik maka dia akan naik ke daratan. Dulu pun masih banyak pohon-pohon dan air pasang tidak terlalu tinggi. Pas masih saya kecil dulu tuh suka minum air embun sebelum pergi ke sekolah, ternayata kan air embun bagus untuk kesehatan tapi sekarang Pontianak bukan embun melainkan asap,” tambah Nani.

Teman-teman komunitas diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai sungai atau hal apapun untuk didiskusikan.
Daeng, dari komunitas Kolase.id menyampaikan bahwa ada hal yang garis bawahi dari diskusi.

“Sungai Kapuas tidak pernah membelah kota, sungai kapuas itu parit sungai jawi. Sepanjang peradaban sungai kapuas menyatukan peradaban sungai. Peradaban sungai sudah hilang. Sungai itu dinamis terus bergerak, ini kesalahan bersama yang harus kita antisipasi. Ayo kita lakukan gerakan untuk sungai” tegas Daeng.

Mahud dari komunitas preman urban menambahkan bahwa terkadang selesai merespon, daya kritis, keresapan isu, kurangnya respon akhirnya disikapi dengan hanya sebatas bansos dan lain-lain.

“Padahal sesungguhnya masyarakat tidak terkena dampak banjir lagi, asap, karena point pentingnya kita memperkuat kolaborasi sedangkan alat untuk menganalisis tidak ada, itu yang aku rasakan di komunitas.” tambah Mahud.

Zaka dari Kolektif emehdeyeh menuturkan bahwa bicara ruang gerak, seniman berada di tengah-tengah karena ini sebuah gerakan yang menyampaikan sebuah pemikiran yang kemudian berdampak pada lingkungan.

“Saya sendiri mengangkat persoalan ekologi seperti sampah, makanan. Saya bingung, bagaimana sih karena gerakan saya masih kecil karena masih hanya bicara lewat karya sebagai bentuk protes.” tutur Zaka.

Siti Rohimah dari Rumah Perempuan dan Anak (RPA) kalimantan Barat bercerira mengenai aplikasi lapor. Tahun 2019-2020 yang pada saat itu berkolaborasi dengn YAPPIKA, USAID, namaanya SPAN lapor. Dengan adanya aplikasi itu bisa di anonim untuk identitas lapor sehingga tidak ada keterbatasan atau ketakutan masyarakat yang melapor.

“Tahun itu masalah sampah lumayan teratasi, yang mengakses bisa langsung foto kemudian bisa dilihat oleh pemerintah setempat. Kita bisa membuat aplikasi jangka panjang,” tegas Siti.

Laili merespon bahwa kolaborasi membutuhkan banyak strategi. Semakin banyak strategi, keyakinan dan itu yang akan menjadi kekuatan. Pluralitas harus dijadikan karena belum tentu semua kebijakan akan sama dan cocok untuk satu wilayah.

“Menurut saya semua hal bisa dikaitkan, saya setuju bahwa kita harus memulai bahwa semua orang punya bakat dan kepedulian untuk diberikan,” ujar Laili.

“Gemawan sendiri, karena saya sudah lama brgerak di gerakan sosial ini saya melihat satu kesalahan kita bahwa semua masalah hanya kita yang bisa menyelesaikan. Kita seolah-olah menjadi sosok, sehingga kolaborasi dirasa tidak perlu, nyatanya kolaborasi perlu.”tegas Laili.

Nani membayangkan sungai sebagai sumber peradaban atau peradaban kota sungai, kepala saya membayangkan itu adalah fokus perubahan sistem yang dahsyat menjadi gerakan di Pontianak. Sebetulnya budaya berputar di sekitr sungai.

“Saya orang Ketapang, basis hidupnya di sungai yang membentuk karakter masyarakat. Fokusnya adalah mengembalikan sungai sebagai jantung kehidupan, pertama soal pendidikan yang memaknai apa sih sungai buat kita, “kata Nani.

“Pengelolaan sampah menjadi nilai ekonomi kemudian menjadi sebuah ekosistem yang menjadiklan sebuah gerakan. Ini membutuhkan manusia yang bergerak untuk membuka ruang kolaborasi, ini yang bisa menjadi satu pilihan karena nyatanya Indoneia mebutuhkan kampanye.”tutup Nani.

Akhir diskusi, teman-teman menuliskan diatas metaplane yang berisikan satu harapan untuk Kota Pontianak kemudian di tempel di papan tulis. Fasilitator kembali mengingatkan bahwa akan ada diskusi lanjutan sebagai komitmen bersama.

Penulis : Feby Kartikasari

Editor : Tim Redaksi Warta

PPL Tak Sesuai Lokasi, KABAG TU FUAD Berikan Klarifikasi

0

 

Wartaiainpontianak– Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah  (FUAD) sudah berlangsung selama sembilan hari terhitung semenjak peelapasan dan pembekalan Mahasiswa PPL pada 10 September lalu, beberapa mahasiswa dan tempat PPL yang dituju sempat mempertanyakan terkait administrasi penyerahan  mahasiswa magang, menjawab hal tersebut Kabag TU FUAD Suyati S.Ag sekaligus Ketua panitia pelaksana kegiatan PPL FUAD memberikan klarifikasinya ketika ditemui di ruangan Dekan FUAD  pada Selasa (19/09/2023).

Suyati menuturkan untuk survei lokasi PPL adalah wewenang dari masing-masing Program Studi (Prodi) kemudian berlanjut pada tahap koordinasi melalui surat ataupun by-phone  dan adanya perpindahan lokasi  PPL juga disebabkan oleh keterlambatan pendaftaran Mahasiswa PPL yang sebenarnya sudah dibuka sejak lama serta terbatasnya lokasi PPL.

“Terkait pemindahan Mahasiswa ataupun penambahan jumlah peserta PPL itu dari Prodi dan karena ada keterlambatan dari Mahasiswa yang yang daftar PPL jadi ada perpindahan serta penambahan jumlah peserta PPL dan tentunya kita juga memiliki keterbatasan terkait lokasi PPL itu sendiri mungkin jika Intansi terkait mengajukan keberatan kepada kami selaku pelaksana tentunya Mahasiswa tersebut akan kami pindahkan ke lokasi yang lain ,” ungkap Suyati.

Mengenai kegiatan PPL tahun ini Dekan FUAD Dr.Cucu, M.Ag menyatakan bahwa PPL Mahasiswa FUAD kali ini melibatkan banyak sekali pihak terlebih lagi PPL tahun ini ruang lingkupnya sampai Internasional. “Untuk saat ini pelaksanaan PPL kita sampai pada tingkat nasional yakni di Jakarta kemudian Kepulauan Riau dan Internasional itu di Selangor, Kuala Lumpur  tentunya relasi ini harus dijaga dengan cara menjaga citra serta nama baik almamater IAIN Pontianak oleh para peserta PPL,” tutup Cucu.

 

Penulis : Alfurqon

Editor  : Putri

Perketat Pengawasan, Bawaslu Inisiasikan Kolaborasi Bersama OJK dan PPATK

Sumber Foto : kalbar.bawaslu

wartaiainpontianak.com – Waspadai money politik via transaksi elektronik Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kalimantan Barat gencarkan sosialisai kepada publik sebagai langkah persuasif untuk pengawasan partisipatif jelang pemilu 2024. Hal ini disampaikan oleh komisioner bawaslu Faisal Riza saat ditemui di sekretariat Bawaslu Kalbar, Jalan Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie, Pontianak.

“Beberapa FGD serta diskusi mengangkat tentang isu-isu semacam ini sudah kita jalankan untuk mengedukasi masyarakat terkait potensi-potensi pelanggaran yang kemungkinan besar terjadi pada masa kampanye,masa tenang dan masa pemungutan suara,” ujar Riza. Sabtu, (16/9/2023).

Faisal Riza juga menambahkan bahwa saat ini selain mengencarkan sosialisasi kepada masyarakat Bawaslu tengah menginisiasikan kerja sama dengan Otoritas Jasa Keungan (OJK) dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai langkah preventif tindak kecurangan dalam pemilu berupa pemberian materi melalui transaksi elektronik.

“Saat ini Bawaslu tengah menginisiasikan bentuk kerja sama bersama OJK dan PPATK kita masih menunggu arahannya seperti apa dari Bawaslu RI kalau kasusnya berupa pemberian materi melalui transaksi elektronik,” tambah Riza.

Faisal riza menuturkan bahwa kerjasama tersebut diperlukan sebab Kominfo, OJK dan PPATK tentunya mempunyai kebijakan tersendiri khususnya mengenai transaksi yang bersifat elektronik.

“Karena kan kita tahu kalau perihal transasksi elektronik ini kita sulit untuk mengaksesnya dan Kominfo, OJK dan PPATK tentunya memiliki kewenangan masing-masing terkait hal itu dan kami sudah sampaikan kepada Bawaslu RI kemudian mereka menginisiasikan kerja sama dengan pihak-pihak tersebut, kita tunggu saja selanjutnya seperti apa,” tutup Riza.

Penulis : Al

Editor : Tim Redaksi Warta

Tuntutan Mahasiswa Sebagai Agent Of Change

wartaiainpontianak.com – Komunitas Pojok Diskusi mengadakan kegiatan diskusi di Gazebo Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak yang berkolaborasi dengan komunitas meja interaksi. Rabu, (13/09/23).

Diskusi ini dimulai pada pukul 15.30 WIB sampai selesai. Kegiatan ini merupakan Diskusi kolaborasi antara Komunitas Pojok Diskusi dan Komunitas Meja Interaksi. Tujuannya untuk menanamkan kembali literasi-literasi yang hampir punah. Diskusi ini bukanlah pertama kalinya, namun merupakan kegiatan rutin disetiap Minggunya.

Tema yang diusung adalah “Kenapa Harus Menjadi Mahasiswa”. Alifudin Al-Anshori dan Wahyudi menjadi narasumber diskusi tersebut.

Fadli Raharjo selaku Ketua umum Komunitas Pojok Diskusi memaparkan tema yang dibuat karena banyaknya mahasiswa yang mengalami kemerosotan karakter dan juga moral mereka.

“Mahasiswa Hari ini Mengalami Kemerosotan Dalam hal membangun Karakter dan moral, hal tersebut mengakibatkan karena hilangnya rasa kepedulian mahasiswa terhadap sesama,” paparnya.

Alifudin menjelaskan bahwa mahasiswa harus selalu meningkatkan kualitasnya agar menjadi agen perubahan nantinya.

“Mahasiswa adalah seseorang yang bisa meninggkatkan kualitas dirinya dan agen perubahan manusia juga individu yang sedang menjalani perguruan tinggi,” ujarnya.

Ali juga menambahkan mahasiswa adalah orang yang berpendidikan dan harus dibarengi moral yang baik.

“Mahasiswa adalah orang yang berpendidikan, dan mahasiswa juga harus memiliki moral yang baik yang merubah dari buruk menjadi baik,” tambah Wahyudi.

Penulis : Amad

Editor : Yeni

Perdana !!! Sinema KPI adakan Nobar Film Karya Mahasiswa

0

wartaiainpontianak.com – Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Insitut Agama Islam Negeri Pontianak (IAIN) Menyelenggarakan Screening & Discussion bertema “Eksperesi Seni Multikultural”. Kegiatan ini memperkenalkan film dokumenter karya Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) yang berlangsung di Aula Abdul Rani IAIN Pontianak, Selasa (12/09/2023).

Kegiatan ini di hadiri oleh Mahasiswa KPI, Kaprodi KPI, Dosen KPI, Himpunan Mahasiswa Progaram Studi (HMPS) KPI dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah.

Terdapat beberapa film yang ditayangkan, antara lain Film Dokumenter Potret Minoritas Muslim Pedalaman, Pulau Seribu Bagan, Dua Paham Satu Genggam, Warisan dan Tanda Tanya Mereka Yang Menjaga.

Dalam hal ini Ketua Program Studi KPI yaitu Muhammad Habibi memberikan apresiasi dan turut bangga kepada mahasiswa KPI beserta timnya.

“Melalui karya yang kita lihat tadi disitu banyak keterempailan yang terasah untuk membuat film tersebut ketika nanti sudah selesai kuliah, ilmu ini bisa jadi bermanfaat insyaallah. Untuk menghasilkan karya yang terbaik perlu berlatih dan harus mengorbankan waktu tenaga dan keringat. Pengalaman itu adalah guru yang paling baik hidup ini butuh kreatifias,” ungkapnya.

Muhammad Soleh selaku ketua panitia mengatakan bahwa membuat film ini membutuhkan riset yang memakan waktu dan kami sangat termotivasi dengan melihat orang-orang yang peduli lingkungan serta menciptakan ekosistem tanpa dibayar.

“Untuk membuat film ini tidak mudah kamek memerlukan riset 2 sampai 3 bulan riset pustaka dan riset lapangan sekitar 1 minggu. Motivasi besar kami merasa terpanggil dan terharu ketika melihat para orang – orang yang peduli lingkungan selama bertahun – tahun membuat ekosistem tapi tidak di gaji disitulah ada rasa ingin saya untuk membuat film dokumenter ini,” ujar Soleh.

Selanjutnya Habib Raziq selaku MC Acara menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan apresiasi terhadap karya serta film mahasiswa KPI.
“Acara Sinema KPI ini bertujuan untuk mengapresiasi yang namanya karya – karya mereka dan film – film yang mereka buat serta meningkatkan silaturahmi buat para mahasiswa baru Fakultas Ushuludin Adab Dan Dakwah (FUAD),” tutupnya.

 

Penulis : Zikri

Editor : Gaga

Pengenalan Prodi, FTIK Gelar Tarbiyah Expo 2023

Sumber Foto : Paula & Andini

wartaiainpontianak.com – Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama IsIam Negeri IAIN Pontianak menyelengarakan kegiatan Tarbiyah Expo, kegiatan ini untuk memperkenalkan Program Studi yang ada di FTIK yang berlangsung di halaman parkiran FTIK IAIN pontianak Senin 11 September 2023.

Kegiatan ini dilakukan selama lima hari yang di mulai dari 11- 15 September 2023. Kegiatan ini di hadiri oleh siswa SMA, MA dan SMK, Terdapat beberapa rangkaian kegiatan seperti perlombaan tingkat pelajar SMA/MA/Sederajat, pemeran Stand prodi Se-FTIK, panggung kreasi mahasiswa FTIK, dan PKBM 2023.

Kegiatan ini mengusung tema meningkatkan kreativitas generasi muda melalui kegiatan Tarbiyah Expo dalam mewujudkan pemuda yang aktif, kreatif dan inovatif.

Zainul Fikri, selaku Ketua Panitia Tarbiyah Expo 2023 mengatakan adanya acara ini bertujuan untuk memperkenalkan prodi-prodi yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

“Tujuan dan goalsnya untuk memperkenalkan 6 prodi yang ada di tarbiyah yang dimana ada prodi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Tadris Matematika, Tadris Bahasa Inggris, Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.” ujarnya.

Salah satu peserta pidato mengungkapkan bahwa mengikuti kegiatan ini untuk menambah pengalaman dalam bidang pidato.

“Alasan saya mau ikut acara ini tuh untuk menambah experience saya sendiri di bidang pidato, saya sendiri juga sadar skill saya masih rendah jadi saya ingin mencari experience saya sendiri” ukapnya.

Ketua Panitia juga menyampaikan harapan dengan terselenggaranya Tarbiyah Expo ini.

“Maka untuk harapannya itu langsung saja tidak muluk-muluk gitu kan, bagaimana siswa teman-teman MA, SMA, SMK dan sederajat itu ada pandangan agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, yaa bagaimana ia bisa memilih prodi-prodi yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan” tutupnya.

Penulis : Alya & Aulia

Editor : Tim Redaksi Warta

Impian Warga Beting; Rumah Baca Jadi Ruang Temu dan Belajar

0

wartaiainpontianak.com – Rumah baca Hikmah Nur Beting adakan peresmian di kediaman Ummi sebagai ketua Majelis Taklim Hikmah Nur Beting dengan menyongsong tema “Membangun Insan Cerdas dan Bertakwa dengan Literasi” sebagai langkah bersama dalam menyemarakkan semangat literasi masyarakat. (07/09).

Peresmian dihadiri oleh _stakeholder_ yang turut andil memberi dukungan mulai dari pendirian hingga peresmian. Akademisi IAIN Pontianak menjadi penggerak dalam proses pembangunan Rumah Baca yang didukung oleh masyarakat sekitar.

Juniwati, akademisi IAIN Pontianak sekaligus pembina rumah baca bersama para Pembina lainnya menjelaskan, Rumah baca Hikmah Nur Beting ini ditujukan untuk membantu anak-anak yang setiap hari datang ke rumah Ummi mendapatkan buku-buku bacaan yang belum ada di sana. Oleh karena itu, keluarga ummi bersepakat untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat membaca dan berkembang dengan literasi.

“Kami bersama para dosen IAIN Pontianak, para donatur, para pegiat rumah baca dan Taman Bacaan Masyarakat di Kota Pontianak dan sekitarnya, juga pegiat literasi berupaya mewujudkan keinginan warga Kampung Beting agar mendapat informasi dan bacaan untuk warga di sana melalui rumah baca ini. Alhamdulillah hari ini bisa diresmikan dan semoga istikamah.”

Kami sampaikan di sini, karena termotivasi dari keadaan anak-anak dan orang tua di Kampung Beting. Supaya mereka ada tempat berkumpul. Ibu ummi memfasilitasi anak-anak untuk mengaji. Kami melihat sebagai peluang sebagai literasi.” tambah Juniawati.

“Kita digerakkan Allah untuk memediasi anak anak untuk minat baca. Anak-anak dibawa kesini untuk membaca. Pengurus harian rumah baca ada divisi anak anak dan orang tua dikoordinatori oleh Ibu Santi. Kemudian divisi orang tua ada Ustazah Azizah Alhaddad. Kita doakan semoga apa yang kita bentuk lancar dan istikamah serta bisa bermanfaat untuk masyarakat disini.” jelas Juniawati.

Maya Dewi atau yang akrab disapa Dede, sebagai ketua rumah baca Hikmah Nur Beting menuturkan bahwa rumah baca mampu menjadi rumah yang nyaman dan senang anak-anak maupun orang tua membaca dan berdiskusi mengenai hal yang bermanfaat. Rumah baca hadir sebagai pendukung budaya literasi karena dengan membaca diharapkan masyarakat mampu mengakses informasi.

“Saya berharap rumah baca ini menjadi wadah untuk berbagi informasi, berdiskusi, meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kedepan, supaya ada perhatian untuk mendukung perkembangan rumah baca Hikmah Nur Beting. Semoga rumah baca ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.” tegas Dede.

Puncak acara ialah kata sambutan dari Akif, SH sebagai Camat Pontianak Timur sekaligus meresmikan rumah baca dan penyemetan Rumah Baca Nur Beting.

Akif, SH merasakan semangat yang membara saat mengetahui adanya peresmian rumah baca. Dalam Alquran, ayat yang pertama turun ialah perintah dati Allah untuk membaca.

“Kite disuruh membace. Pada hari ini launching rumah baca nih betul. Saya ada pengalaman bagus mendirikan taman baca, ada anak-anak terus ibu-ibu. Anak-anak kalau libur biasanya main kelayang, main hp. Bagus agik disini ade ngaji,abis ngaji adetempat bace. Karne kalaudibiarkan budak-budaknih, takut tak terkontrol.” tegas Akif, SH.

Akif, SH bercerita mengenai pengalaman di Parit Mayor karena adanya rumah baca maka masyarakat sekitar mampu menambah pengetahuan sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat. Membaca jadi menerapkan ilmu sosial. Banyak manfaat taman baca dan perpustakaan.

“Nah ini contoh yang benar nyata. Kampung literasi, jadi semue pos yandu masukkan buku. Semua paud, masjid dan surau, masukkan buku-buku. Setiap RW ada kursi untuk duduk kemudian ada rak buku-buku. Alhamdulillah saya masuk nasional di Jakarta. Harus banyak membaca.” ungkap Akif, SH.

“Semoga rumah ini menjadi berkah. Insya allah berkah dan rahmat Allah pasti datang. Makasih banyak, mudah-mudahan rumah baca ini lounching nanti kite tingkatkan ke perpustakaan umum. Mudah-mudahan ape yang saya sampaikan bisa terjadi lebih bagus.” tutup Akif, SH.

Penulis : Feby Kartikasari

Editor : Tim Redaksi Warta

PPL Fuad 2023 Resmi dimulai, Dekan FUAD : “40 hari PPL bukanlah waktu untuk main-main”

 

 

wartaiainpontianak– fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak melangsungkan pelepasan mahasiswa Program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2023, tepatnya di Aula Abdul Rani IAIN Pontianak.

Pelepasan Mahasiswa PPL Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah juga dibarengi dengan pembekalan materi dari…. . simbolis pelepasan dihadiri oleh Kepala Bagian Tata Usaha FUAD  Suyati S.Ag , Wadek I Dr.Faizal Amin, M.Ag, Wadek II Dr. Yapandi , M.Pd dan Wadek III Dr. Ria Hayatunnur Taqwa, S.Ag.M.Si serta jajaran petinggi FUAD lainnya.

Dekan FUAD Dr.Cucu, M.Ag
menuturkan pentingnya untuk menentukan target terkait hal-hal yang akan dikerjakan selama 40 hari program PPL agar lebih terkoordinir dan mendapatkan pembelajaran yang bermutu . “Kalian harus sudah punya target selama 40 hari ini bukanlah waktu untuk mai- main, dan nilai akhirnya akan diberikan oleh dosen pembimbing serta dosen pamong.” Ujar Cucu.

Cucu juga mengingatkan kepada para Mahasiswa khususnya FUAD agar menjaga nama baik kampusnya mengingat kerja sama yang dilakukan demi mensukseskan PPL ini  bahkan sampai pada tingkat Internasional. “Betul-betul jaga almamater kita, supaya kerja sama ini dapat menjadi acuan bagi para stakeholder kita kerja sama baik secara nasional maupun internasional dapat tetap berjalan dengan baik.”. Tegas Cucu

Wakil Dekan I FUAD Dr. Faizal Amin, M.Ag menekankan bahwa kegiatan PPL ini merupakan langkah selanjutnya para Mahasiswa sebelum menuju jenjang yang lebih tinggi yakni wisuda. “Kegiatan ini adalah langkah selanjutnya sebelum kalian wisuda dan sesuai dari masukan yang kami dapat untuk durasi PPL kami tambah menjadi 40 hari.” ungkap Faizal.

Faizal amin juga turut menyampaikan harapannya untuk kegiatan PPL ini agar dapat berjalan dengan baik dan sukses. “tentu besar harapan saya agar kegiatan ppl yang sudah kita susun serta rencanakan secara sitematis ini dapat berjalan dengan baik tanpa ada kendala suatu apapun.” tambah faizal.Kegiatan ditutup dengan pembacaan doa sekaligus pelepasan Mahasiswa PPL FUAD oleh Dekan FUAD Dr. Cucu, M.Ag.

Penulis : Cece

Editor : Tim Redaksi Warta