wartaiainpontianak.com – M. Wendra Shidqon Amin adalah Founder Gaul Bersamamu Al-Quran. Dengan usia yang muda, Wendra mampu membangkitkan semangat seisi ruangan. Intonasi suara yang menyeru semangat peserta seminar mampu mengelola suasana yang semakin siang membuat peserta tetap semangat. Kulit sawo matang dengan jenggot yang tipis dan gaya muda yang menunjukkan bahwa dirinya masih berusia muda tetapi sudah mampu menunjukkan bahwa dalam dirinya terdapat ilmu yang bermanfaat. Sloganpun diciptakan oleh Wendra sehingga dirinya tampak akrab dengan peserta. Pembicaraan Wendra juga terkait kebiasaan anak muda sekarang yang dapat merusak karakter anak muda. Terlebih lagi ketika Wendra membuat relaksasi berbentuk pembicaraan lucu yang sangat meriuhkan suasana ruangan dengan tawa bahagia yang terpancar dalam ruangan seminar. Wendra merupakan salah satu mahasiswa di IAIN Pontianak Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah semester 5
Banyak orang yang memiliki keahlian public speaking. Namun tidak banyak pula yang mampu menggunakan keahlian tersebut dengan cara yang tidak baik bahkan untuk membodohi orang. Bagi Wendra, bahwa kemampuan berbicara tidak hanya pandai merangkai kata-kata untuk bicara tetapi kemampuan berbicara bisa mempengaruhi seseorang agar lebih dekat kepada Sang Pencipta. Buka pola pikir tentang kemampuan berbicara yang melibatkan kedekatan diri kepada Allah agar apa yang disampaikan itu memiliki tujuan yang diridhoi Allah Swt. Berbicara itu harus difikiran terlebih dahulu sebelum pembicaran tersebut menjadi boomerang untuk menyakiti orang lain. Adapun tokoh pembicara hebat yang menjadi panutan Wendra yaitu Soekarno yang saat berbicara maka semua orang akan terdiam. Kemudian ada Muhammad Al-Fatih yang menjadi pemimpin perang di usia 18 tahun dan beberapa tokoh lainnya yang berpengaruh ketika berbicara dengan orang lain. Dalam setiap kata yang dilontarkam Wendra terselipkan bahwa menuntut ilmu itu harus ikhlas karena Allah dan meminta berkah hanya kepada Allah.
Wendra menyebutkan syarat menjadi public speaking adalah berkata dengan baik dan pemberi maaf yang sesuai dengan Q.s : 2 : 263. Dalam teori Al-Quran tersebut dijelaskan bahwa berkata dengan baik dan memberi maaf jauh lebih baik dari bersedekah yang banyak. Prinsip Wendra terkait perkataan baik dan pemberi maaf adalah “jangan pernah bosan untuk meminta ampun dan beristighfar. Lebih baik sering sering istighfar sampai lupa maksiat dari pada sering sering ibadah sampai lupa istighfar.” Syarat selanjutnya adalah perkataan yang membekas jiwa sesuai dengan Q.s : 4 : 63. Berbicara itu harus dari hati yang nantinya akan jatuh ke hati sehingga apa yang dibicarakan tersebut akan membekas dalam hati. Dalam setengah perjalanan seminar, Wendra mengatakan bahwa karakter dakwah Wendra adalah berteriak dengan semangat sehingga dirinya tidak mampu melembutkan suara seperti Ustad Hanan Attaki yang lembut. Begitulah public speaking, bahwa kemampuan berbicara akan menyesuaikan dengan karakter dalam diri seseorang tersebut. Syarat selanjutnya adalah perkataan yang benar. Baik dan benar itu berbeda. Terkadang, orang mampu berkata dengan baik tetapi memberikan informasi yang salah. Maka itu belum termasuk ke dalam syarat sukses public speaking. Selanjutnya, perkataan yang lemah lembut dan perkataan yang mendapatkan balasan. Itulah beberapa syarat menjadi public speaking yang akan menjadikan public speaking tidak hanya omong kosong yang dapat membutakan pengetahuan ketika disampaikan.
Dalam kurun waktu yang singkat Wendra berbagi ilmunya kepada pemuda di Pontianak ini, keberadaan Wendra disambut dengan baik dan tampaknya banyak sekali pengajaran yang di dapat. Dalam akhir sebelum Wendra menyelesaikan pembicaraan nya, Wendra mengajarkan kepada peserta seminar untuk “jangan takut bersedekah dan mendekatkan diri kepada Allah. Terlebih lagi, jangan hanya mengharapkan ilmu dalam seminar ini tetapi peroleh hikmah dalam seminar ini sehingga kita menjadi manusia yang lebih mulia dari pada setan. Setan juga mahluk yang cerdas, namun tidak mampu menjadi mahluk yang cerdas dalam hal kebaikan.” tutup Wendra.
Reporter: Feby Kartikasari
Editor: Syarifah Desy