wartaiainpontianak.com – Meta Ratih salah satu mahasiswa di IAIN Pontianak Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah Program Studi KPI ( Komunikasi Penyiaran Islam ) konsentrasi broadcasting, merupakan anak ke 3 dari 8 bersaudara. Meta merupakan mahasiswi yang berasal dari Jungkat Parit Haji Hasan Kabupaten Mempawah, namun selama 3 tahun berkuliah di IAIN Pontianak dirinya menetap di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pontianak. Selama di Ma’had Al-Jamiah IAIN Pontianak, Meta menjabat sebagai wakil Presiden Dewan Mahasantri dan menjadi Mukharrikah ( asisten Ustadzah ) lantai 3. Namun pada tahun ke 4 kuliah, Meta tinggal bersama abangnya di Rumah Dinas Asrama Gatot Subroto 1 di Jalan Adi Sucipto.
Meta adalah mahasiswi dengan postur tubuh yang sedang dan tinggi yang semampai. Dengan tampilan sederhana dan kulit sawo matang, membuat Meta tampak manis. Alis tipis dengan hidung mancung dan bibir tipis membuat Meta terlihat anggun. Menjadi anak tentara, membuat Meta menjadi wanita tangguh karena Meta pernah mempelajari bela diri dengan ayah dan abangnya. Tampilan boleh sederhana, tetapi siapa sangka jika Meta ini adalah mahasiswi yang diwisuda pada bulan Oktober tahun 2019 ini memiliki IPK tertinggi Se-IAIN Pontianak dengan angka 3,99 dengan rentang waktu berkuliah 4 tahun.
Dibalik kesuksesan Meta saat ini, ternyata awalnya, cita-cita Meta ini adalah menjadi dokter. Program Studi yang dirinya pilih selama kuliah ini adalah kemauan dari orang tuanya. Namun lambat laun, Meta sudah mulai menikmati Program Studi pilihan orang tuanya ini. Walaupun memang program studi ini bukanlah kehendak Meta, namun Meta tetap menjalankan amanah dari orang tuanya. Terlihat saat semester 7 kuliah, Meta mulai menggeluti dunia sastra dengan menulis dan telah menghasilkan beberapa karya. Sudah 21 perlombaan seni yang diikuti Meta dengan penyandang juara dan salah satu penulis terpilih. Perlomban seni yang digeluti Meta mulai dari story telling, menulis cerpen, menulis puisi hingga menjadi sutradara dan penulis skrip pada film Sungsang. Meta memang gemar dengan sastra apalagi public speaking. Dari beberapa bentuk prestasi yang dimiliki Meta maka Meta lebih bangga ketika dirinya menjadi sutradara dan penulis skrip film Sungsang karena telah berhasil mengikut 2 festival.
Keberhasilan Meta ini tidak lepas dari pengajaran orang tua Meta. Orang tua Meta mengajarkan tentang penyeimbangan antara dunia dan akhirat. Antara ikhtiar dan tawakal harus sejalan dengan tetap disiplin menjalankan ibadah walaupun urusan dunia terus memanggil. Orang tua Meta menuntut agar bagaimana mencari ilmu ini untuk mencari keridhoan dari Allah karena dengan ridhonya Allah kepada hambaNya, maka segala urusan dunia akan Allah mudahkan. Buktinya, keberhasilan Meta saat ini dengan IPK yang tertinggi se-IAIN Pontianak dan karya-karya yang Meta ciptakan hanyalah bonus dari Allah karena adanya barokah dalam ilmu tersebut. Barokah yang Meta peroleh dalam ilmu tersebut yang tidak lain dan tidak bukan adalah doa orang tua dan keikhlasan dirinya dalam menjalankan amanah dari orang tuanya.
Tidak hanya di bangku perguruan tinggi Meta ini meraih nilai tertinggi. Melainkan sedari Sekolah Dasar hingga SMA pun dirinya selalu menjadi lulusan terbaik. Pada saat di MtsN Siantan dengan penghargaan yang di dapat Meta adalah lulusan terbaik 2 se-Kabupaten Mempawah. Olimpiade saat kelas 3 SD juga diraih oleh Meta dengan penghargaan juara 3 olimpiade IPA tingkat Kecamatan. Adapun prestasi non akademik yang diraih oleh Meta ialah lomba story telling, karate dan beberapa perlombaan lainnya yang memang tidak dapat dipungkiri bahwa Meta memang wanita penuh prestasi. Walaupun memang saat Meta mengikuti beberapa cabang perlombaan mulai dari bangku SD hingga SMA hanya mampu hingga tingkat provinsi, namun itu sudah cukup meyakinkan bahwa keahlian dalam sir Meta tidak perlu diragukan lagi.
Meta tetaplah manusia pada umumnya yang pernah merasa lelah dan bosan. Belum lagi Meta menetap di Ma’had Al-Jamiah dan sempat menjabat sebagai asisten ustadzah sehingga membuat tugas Meta bercabang. Antara tugas kuliah yang menjadi tanggung jawabnya kepada orang tua dan amanah dari Ma’had Al-Jamiah yang menjadikan dirinya harus menjalankan dengan penuh tanggung jawab. Ditambah lagi dengan pekerjaan Meta yaitu menjadi guru les privat matematika dan bahasa inggris yang pulang hingga petang sehingga membuat Meta menjadi malas untuk mengerjakan tugas. Meta mulai merasa lelah dan malas saat dirinya menginjak semester 5 dan 6. Namun kembali lagi Meta mengingat orang tuanya. Orang tuanya memberikan amanah kepada Meta untuk lulus dengan tepat waktu sehingga Meta terus berusaha mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Dan semangat orang tua dan kesadaran Meta akan tanggung jawab dirinya sebagai anak dengan memikul amanah untuk membahagian orang tuanya adalah landasan kokoh yang dibuat Meta untuk menguatkan dirinya untuk tidak bermalas-malas.
“Yang pertama adalah mencari ridho Allah dan ridho Allah didapat dari orang tua. Jadi, jangan putuskan komunikasi kita dengan Allah dan orang tua. Selain itu, seimbangkan antara ikhtiar dan tawakal. Ketika ikhtiar telah mencapai titik puncak, dan didukung dengan tawakal seperti tahajjud serta ibadah lainnya dan pesan Meta untuk teman-teman mahasiswa adalah carilah ridho Allah dalam kehidupan dan cari ridho orang tua serta jadikan orang tua sebagai manusia utama dalam belajar dan terus meningkatkan ibadah kepada Allah.” tutur Meta terkait kunci kesuksesan.
Reporter: Feby Kartikasari
Editor: Syarifah Desy