wartaiainpontianak.com – Sekelompok massa mahasiswa IAIN Pontianak turut memadati bundaran gazebo IAIN Pontianak untuk meminta kejelasan masalah UKT (uang kuliah tunggal) yang mahal,15/07/19.
Naiknya UKT membuat mahasiswa yang dari kalangan ekonomi bawah menjadi ragu untuk melanjutkan kuliah, hal itu sontak membuat senior angkatan berinisiatif melakukan aksi simpatik ini.
Zainal Arifin salah satu peserta dari aksi mengatakan bahwa aksi ini dilakukan untuk meminta sedikit solusi yang terbaik dari pihak civitas akademika.
“Masalah kemahalannya uang kuliah tunggal yang semakin tahun semakin merepotkan kalangan ekonomi kelas bawah, kami lakukan aksi simpatik ini untuk meminta kejelasannya dari pihak kampus, hal ini jelas terbeban bagi para mahasiswa, hanya karena masalah uang tidak ada hal itu membuat keinginan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi khususnya di IAIN Pontianak menjadi terhambat,” Kata Zainal.
Aksi yang di mulai dari pukul 08:00 hingga 11:00 WIB ini banyak mengundang perhatian, baik itu dari kalangan mahasiswa, petugas keamanan kampus sampai para pejabat-pejabat kampus yang sedang berada di lokasi tempat berjalannya aksi.
Sekitar pukul 10:30 WIB Dr. Ismail Ruslan, M.Si selaku Dekan FUAD dan Dr. H. Saifuddin Herlambang, MA selaku Wakil Rektor 2 langsung mendatangi lokasi tempat aksi simpatik itu di lakukan.
Dr. H. Saifuddin Herlambang, MA dalam orasi singkatnya mengatakan bahwa beliau sangat senang dengan adanya aksi simpatik ini.
“Saya patut apresiasi dengan aksi simpatik yang dilakukan oleh adek-adek mahasiswa ini, karena dengan adanya aksi seperti ini artinya adek-adek mahasiswa ingin secara langsung mengajak pihak civitas akademika untuk berdiskusi di ruangan terbuka,” ujarnya.
Bukan hanya itu Saifuddin juga mengatakan bahwa untuk permasalahan UKT ini Mahasiswa Baru yang bersangkutan ataupun keberatan karena alasan kemahalannya UKT yang di tetapkan dari pihak kampus bisa langsung menghadap keruangan saya, biar dijelaskan kembali apa alasannya UKT ini bisa agak lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Reporter: Rahmat Hidayah.