wartaiainpontianak.com – Intan Millenia Qadarsih seorang mahasiswi berumur 19 tahun yang menjajaki perkuliahan di IAIN Pontianak semester 3 Program Studi Pendidikan Agama Islam. Intan beralamatkan di Jalan Komyos Sudarso Gang Lamtoro. Intan ini seorang wanita bertubuh mungil dengan kulit sawo matang dan hidung yang mungil sehingga Intan tampak seperti wanita yang sederhana. Bibir yang tidak terlalu tebal dan pipi yang agak tembem dengan gigi gingsulnya membuat Intan menjadi tampak lebih manis. Dalam kesehariannya, Intan adalah wanita dengan pakaian yang serasi antar warna sehingga sepatu pun juga menyesuaikan keserasian warna yang Intan kenakan setiap harinya. Intan adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara dengan status Yatim yang melekat pada diri Intan sedari Intan berusia 8 tahun.
Dirawat dengan satu orang tua yang dipanggilnya dengan Ummi membuat Intan tetap bertumbuh dan berkembang dengan semestinya. Saat itu, ayahnya meninggal dalam keadaan stoke. Ayahnya menderita stroke sudah 2 tahun, namun 1 tahun terakhir sebelum ayah Intan meninggalkan dunia untuk selama-lamanya sakitnya tambah parah. Sebagai seorang anak yang baru berusia 8 tahun, tentunya itu bukanlah kesedihan mendalam. Namun yang menjadi kesedihan mendalam, ketika ummi Intan mengalami stress selama 40 hari dikarenakan kepergian ayahnya. Intan dan saudara lainnya dirawat oleh tantenya. Tetapi Allah tetap mencintai keluarga ini dan Ummi Intan kembali pulih dan terus bekerja keras untuk dapat membiayakan kehidupan serta menyekolahkan anaknya hingga saat ini. Beberapa bisnis dan sekolah juga telah membesarkan kembali semangat Ummi Intan untuk tetap bertahan demi anak-anaknya. Jelas, ini sangat terbukti ketika abang-abang Intan dan Intan beserta adiknya yang telah tumbuh dengan sngat membanggakan yang salah satunya adalah abang Intan yang berkuliah S2 dengan beasiswa di Jepang.
Tubuh mungil dan kesederhanaan Intan ini membuat dirinya tampak seperti mahasiswi pada umumnya. Namun dibalik penampilan Intan yang sederhana ini ternyata terdapat prestasi yang sangat membanggakan. Prestasi demi prestasi telah diraih oleh Intan. Awal mula prestasi Intan ini dimulai sejak Intan berada di kelas 2 SD, Intan mulai mengikuti Da’i Cilik Kalbar dan Da’i di RRI Kalbar. Saat SD, Intan pindah pindah sekolah bahkan pernah home schooling namun prestasi tetap sama yaitu berbagai lomba da’i telah diikuti dan diraih dengan prestasi memuaskan. Beranjak ke SMP, prestasi Intan tetap sama yaitu di bidang Da’i namun telah beranjak prestasi akademik yang berupa olimpiade Matematika dan IPA. Beralih lagi pada masa di MAN, Intan juga pernah meraih juara 3 provinsi dalam perlombaan biologi. Salah satu prestasi yang membanggakan Intan dan membesarkan namanya adalah ketika Intan menjadi Harapan 1 Da’i Muda di Surakarta dan kategori Da’i yang berbakat. Kategori Da’i berbakat ini Intan peroleh karena Intan menyelipkan motivator Muda yang dimanfaatkan Intan untuk menarik perhatian anak muda menjadi gemar mendengarkan ceramah.
Setelah berpanjang lebar tentang prestasi Intan di bidang Da’i tentunya ada hal penting di balik keberhasilan Intan. Hal penting yng menjadi dasar Intan gemar Da’i adalah saat Intan telah mampu berbicara, Intan memang anak yang comel dan suka berbicara. Mulai saat itulah Ummi Intan mengembangkan kegemaran Intan yang sangat suka berbicara ini. Ummi Intan melatihnya dengan memperlihatn video ceramah dan memberikan teks yang biasa digunakan para Da’i namun Ummi Intan tetap menyesuaikan teks dengan usia Intan. Setelah Ummi Intan membuat teks, Ummi Intan menyuruh Intan untuk membacanya berulang-ulang sehingga Intan terbiasa dengan bahasa, cara pembawaan, dan beberapa tema yang disampaikan untuk menjadi Da’i. Saat kecil, Intan menyukai kak Lulu. Kak lulu ini salah satu Da’i yang menggunakan boneka sebagai media penarik dan tentunya saat usia Intan 5-6 tahun pasti sangat tertarik dengan adanya boneka yang menjadi pemikat hati anak-anak seusia Intan saat itu.
Jika memang dilihat dari prestasi, tentunya akan ada banyak fikiran yang berputar dalam otak Intan. Namun tanpa disangka, Intan adalah wanita tangguh yang mampu menepiskan rasa malas. Rasanya, dalam tubuh Intan ini terdapat sistem imun yang sangat tangguh sehingga dirinya mampu berprestasi akademik maupun non akademik. Intan memiliki pola pikir bahwa setiap pekerjaan adalah tanggung jawab dan amanah. Ketika Da’i menjadi sebuah hobi Intan, maka tidak ada rasa lelah untuk terus belajar menjadi Da’i yang hebat dan ketika sekolah menjadi sebuah amanah yang tidak mungkin dilepaskan begitu saja dari pundaknya, maka tidak ada alasan untuk Intan bermalas-malasan. Satu motivasi yang Intan peroleh dari Ummi Intan adalah jangan pernah memikirkan tugas. Cobalah untuk dikerjakan agar semua tugas cepat terselesaikan.
Setiap ada waktu luang, Intan selingi waktunya untuk menulis. Intan juga telah memiliki buku. Satu bukunya itu hasil karya Intan sendiri dan buku yang kedua adalah antologi puisi. Namun menulis ini sudah tidak di geluti lagi oleh Intan karena banyaknya kegiatan Da’i yang terus memanggil dan Intan juga belajar untuk mengurus perusahaan Ummi Intan sehingga dirinya sangat sulit untuk menemukan waktu luang lagi untuk menulis. Walaupun begitu, Intan juga tetap menulis walaupun hanya tulisan biasa dan hanya iseng-iseng. Sudah sangat lengkap rasanya kemampuan dalam diri Intan ini. Memang sangat pantas saat dirinya disebut sebagai kecil-kecil cabe rawit. Badan boleh kecil, tetapi isi dalam badan yang dimiliki Intan seperti mas permata yng sangat berkilau.
Cobaan demi cobaan sudah Intan rasakan saat dirinya berusia 8 tahun yang kemudian dirinya dirawat oleh tantenya karena kondisi Ummi Intan yang sedang tidak sanggup untuk menerima kenyataan hidup. Namun itu semua hanyalah segelintir cobaan yang membuat dirinya terus berjuang melawan rasa lelahnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Status yatim memang telah disandangnya sejak dirinya masih sangat rentan akan pelukan ayahnya. Tetapi Allah jauh lebih menyayangi ayahnya Intan. Apa boleh buat, anak dan istrinya hanya bisa beserah diri dan terus mendoakan ayahnya. Siapa sangka pula, bahwa ada pelangi setelah hujan. Kini, Intan tengah mengalami masa yang indah setelah deras air mata menyelimuti keluarganya.
Penulis: Feby Kartikasari
Editor: Syarifah Desy