wartaiainpontianak.com – Banyak dari pengguna media sosial yang belum mengerti istilah mis-informasi dan dis-informasi. Sehingga sampai saat ini, masih sering dijumpai kabar yang tidak benar namun dibagikan layaknya berita betul. Seperti yang dijelaskan oleh Reinardo Sinaga, Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak bahwa ada perbedaan di antara kedua istilah tersebut.
Merujuk perkataan Edho, sapaan akrab Sekretaris AJI Pontianak itu, dia menjelaskan bahwa mis-informasi yaitu informasi yang salah namun orang yang membagikannya percaya itu benar. Sedangkan dis-informasi yaitu informasi yang salah dan orang yang membagikannya tahu itu salah. “Dapat dikatakan hal itu disengaja,” kata Edho saat memberikan pelatihan pada kegiatan Google News Initiative Training Natwork di Aula RRI Pontianak, Jalan Sudirman Pontianak, Sabtu (14/4/2018).
Senada dengan apa yang disampaikan Edho, Ketua Komite Fact Ceker Mafindo, Aribowo Sasmito mengatakan perbedaan di antara kedua istilah tersebut ada pada niatnya. “Ketika seseorang membagi informasi salah namun ia tahu bahwa kabar itu salah maka hal tersebut diistilahkan dis-informasi. Namun jika seorang sengaja membagikan informasi salah tetapi ia percaya kabar tersebut benar maka hal itu disebut mis-informasi,” ucap Aribowo Sasmito saat ditemui wartaiainpontianak.com di akhir kegiatan tersebut.
Kegiatan Google News Initiative Training Network yang diadakan oleh AJI Pusat ini sudah berlangsung sejak Jumat, kemarin. Namun untuk peserta yang mengikuti berbeda. Jumat diperuntukkan bagi kalangan mahasiswa sedangkan Sabtu hingga Minggu diperuntukkan bagi jurnalis lokal profesional.
Dian lestari selaku ketua umum AJI Kalimantan Barat sekaligus penanggung jawab kegiatan memberikan sambutan dan menjelaskan mekanisme pelatihan. ” Kegiatan hari ini akan lebih banyak praktek dari pada teori, sebentar lagi pilkada, penyebaran hoax di kalimantan barat sangat berpengaruh terhadap isu politik menjelang pilkada,” ucapnya.
Di akhir penyampaiannya Dian juga menjelaskan tentang Google News initiative Training Network, ” Merupakan layanan google yang bergerak di bidang jurnalistik”.
Pada sesi kadua Pemimpin Redaksi Pontianak Post, Hariyanto saat memberikan sambutan menjelaskan beberapa etika dalam bermedia sosial. Menurut Hariyanto etika bermedia yang paling utama adalah dapat memakai dengan bijaksana segala informasi agar tidak merugikan pihak lain. “Viralnya berita hoax karena tidak bisa menahan diri,” tambah Heriyanto.
“Kedua, menggunakan dengan hati-hati. Ketiga, melakukan kroscek dan ricek terhadap informasi yang janggal dan tidak wajar, serta menghindari menshare berita terkait isu-isu kontroversi,” ucap Hariyanto.
Selain itu sebelum menutup penyampaiannya, Heriyanto menjelaskan pedoman yang perlu di perhatikan ketikan kita menggunakan media sosial, ” Memberi informasi pribadi dan keluarga secara bijak apalagi yang bersifat privasi. Berkomunikasi secara santun tidak mengumbar kata kasar. Dilarang menyebarkan konten pornografi. Mengecek konten atau berita sebelum menshere. Mengomentari sesuatu dengan memahami isinya. Beropini dan berpendapat dengan bijak. dan yang terakhir yaitu Jangan menggunakan medsos saat hati sedang emosi”,tutupnya.
Penulis: Imam Maksum
Editor: Sulitio