wartaiainpontianak.com – Aliansi Jurnalis Independen atau AJI kembali melakukan kerjasama dengan Google News Initiative dan Internews untuk memberikan pelatihan pendeteksian berita hoaks atau bohong.
“Pelatihan ini menjadi sangat penting bagi jurnalis, karena sebagai ujung tombak informasi bagi masyarakat, seorang jurnalis harus bisa memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya masyarakat,” kata Ketua AJI Pontianak, Dian Lestari di Aula Radio Republik Indonesia (RRI) Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu, 15 April 2018.
Dian Lestari menjelaskan, AJI Pontianak meminta jadwal pelatihan khusus untuk jurnalis dalam mengantisipasi berita hoaks dari AJIÂ Indonesia, mengingat Kalbar merupakan daerah rawan konflik pilkada, sehingga dengan adanya pelatihan itu diharapkan para jurnalis bisa mengambil perannya dalam penanggulangan berita hoaks yang beredar di tengah masyarakat.
“Sebenarnya jadwal pelatihan ini akan dilakukan usai pilkada nanti. Namun, kita mendesak AJI Indonesia untuk menggelarnya sebelum pilkada, karena kita ingin berperan dalam mengantisipasi peredaran berita hoaks menjelang pilkada,” kata Dian Lestari.
Alasan tersebut cukup masuk akal, karena kata Dian Lestari, berdasarkan data dari bidang Cyber Crime Polda Kalbar, dari media, mulai Januari hingga April tahun ini saja, berita hoaks meningkat menjadi 300 persen.
TAJI Kecam Perampasan Kamera dan Pemukulan Terhadap Jurnalis oleh Polisi
“Untuk itu, kita harapkan dari pelatihan ini, teman-teman jurnalis yang ada di Kalbar bisa membantu penanggulangan berita hoaks di tengah masyarakat. Paling tidak kita bisa membantu meluruskan berita yang salah, agar masyarakat tidak salah kaprah,” ucap Dian Lestari.
Menurut salah satu pemateri dari trainer bersertifikat Google News Inititaive Training Network (GNITN), Marhasak Reinardo Sinaga, dengan pelatihan ini para jurnalis diberikan informasi mengenai bagaimana mengetahui berita itu bohong atau bukan. Tidak hanya itu, melalui beberapa tools yang ada di google dan aplikasi lainnya, para jurnalis juga bisa mengetahui keaslian sebuah foto dan video.
“Kita harap, dari pelatihan ini kawan-kawan jurnalis bisa lebih sigap dan tidak asal mengangkat berita dari informasi yang belum diketahui keasliannya. Ini sangat penting, agar masyarakat kita tidak terjebak dengan hoaks, karena sebagai jurnalis kita memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang benar, bukan malah ikut menyebarkan hoaks,” ujar Trainer bersertifikat Google News Inititaive Training Network (GNITN), Marhasak Reinardo Sinaga.
Sementara itu, pemateri GNITN lainya, Aribowo Sasmito, menjelaskan cukup banyak tools yang ada, baik disediakan oleh google maupun aplikasi lain yang bisa digunakan oleh jurnalis untuk mengetahui keaslian informasi dan foto atau video yang beredar di media sosial atau internet.
“Makanya, kita banyak melakukan praktek, agar kawan-kawan jurnalis terbiasa menggunakan tools-tools tersebut untuk pembuatan berita yang lebih baik,” kata pria yang aktif sebagai Ketua Komite Fact Checker Masyarakat Anti Hoax Indonesia (MAFINDO) itu.
Salah satu peserta Gogle News Initiative Training Network, Dina Prihatini Wardoyo, mengaku, dia mendapatkan banyak informasi baru dari pelatihan itu, khususnya dalam mengecek keakuratan sumber berita, foto dan video yang terindikasi hoaks.
“Kami menjadi tahu bagaimana membedakan antara informasi HOAX atau tidak, dimana ini tentu menjadi modal bagi kami dalam membuat pemberitaan yang lebih baik,” kata Dina Prihatini Wardoyo.
Sumber : Rilis AJI Pontianak