wartaiainpontianak.com — Selasa siang (26/10), DEMA IAIN Pontianak bersama Yayasan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA) adakan dialog publik dengan tema “Menciptakan Pemuda Sebagai Role Model Toleransi Dalam Kehidupan Bermasyarakat” yang dilaksanakan di Aula Syekh Abdul Rani, IAIN Pontianak.
Adanya dialog publik ini terbentuk merupakan hasil diskusi dari teman-teman DEMA IAIN yang memiliki tujuan untuk para pemuda tentang pentingnya bertoleransi. “Kegiatan dialog ini terbentuk atas dasar diskusi dari teman-teman DEMA IAIN dan bertujuan agar pemuda atau mahasiswa ke depannya bisa menjaga toleransi antar sesama makhluk sosial serta saling menghargai dan saling menghormati di mana pun kita berada, dalam keagamaan atau hal yang lainnya, karena kita merupakan makhluk sosial yang mana kita akan bertemu dengan orang-orang lainnya, selain itu kita juga memerlukan satu sama lainnya,” ucap Muhammad Hadi selaku Ketua Panitia.
Kegiatan dialog juga terjadi hasil diskusi antara DEMA IAIN Pontianak dan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA) yang berlangsung sekitar dua hari. “Untuk persiapan dialog ini sebenarnya sudah lama nih, kegiatan ini dari hasil bincang-bincang kite bersama Suar Asa Khatulistiwa kemarin kita juga sempat ke tempat beliau dan juga kita membahas ini sekitar dua hari, sehingga dari hasil pembahasan dan diskusi yang kita lakukan maka terbentuklah kegiatan dialog publik dengan tema ‘Menciptakan Pemuda Sebagai Role Model Toleransi Dalam Kehidupan Bermasyarakat’, nah ini sebagai bentuk inisiasi dan untuk persiapan udah matang lah, karena juga udah lama dikonsep sehingga menjadikan ini motivasi untuk kita bersama untuk bergerak bagaimana mahasiswa pemuda menjadi role model toleransi dalam kehidupan bermasyarakat berdampak baik kepada kita kepada kerukunan kedamaian dan kenyamanan di Kota Pontianak,” jelas Sopiallah selaku Ketua DEMA IAIN Pontianak.
Muhammad Hadi, selaku Ketua Panitia, mengatakan bahwa untuk persiapan kegiatan dialog publik ini bisa dibilang hanya 80% dari bidang-bidang kepanitian, tidak full seperti kepanitian yang semestinya. “Kesiapan dari kepanitiaan dialog publik ini kalau dihitung persenannya sekitar 80% itu sudah siap, kerana mengingat kepanitian juga yang tidak terlalu banyak dan bidang-bidang yang ada di kepanitian itu tidak full seperti acara-acara lainnya, yang ada di kepanitian ini hanya ada bidang konsumsi, pubdekdok, dan acara hanya ada tiga bidang saja–tidak seperti acara-acara lainnya yang menggunakan perlengkapan, kemudian menggunakan humas dan lain sebagainya. Itu persiapan dari kepanitiaanya, seperti itu,” ujarnya.
Dalam kegiatan dialog publik ini banyak sekali yang berpartisipasi tidak hanya dari lingkup IAIN saja melainkan dari berbagai BEM yang hadir dari berbagai instansi. “Di dalam kegiatan ini banyak sekali yang berpartisipasi seperti dari akademik IAIN Pontianak, Warek lll, Abdul Mukti Ro’uf, MA juga hadir, tak hanya itu bahkan dari BEM dari berbagai universitas lain turut hadir seperti BEM Polnep, UNU, dan BEM lainnya. Serta ada juga dari UKM, UKK, HMPS, DEMA, dan SEMA se-IAIN Pontianak,” ujar Muhammad Hadi.
Harapan Sopiallah selaku Ketua DEMA IAIN Pontianak, bahwa pemuda yang ada di Pontianak ini bisa membawa pengaruh yang baik untuk Kota Pontianak dan untuk Indonesia serta memiliki semangat yang tinggi dalam mengupayakan sikap toleransi itu tetap ada. “Tentu harapan besar kita dari kegiatan ini seperti kesimpulan yang bisa kita ambil tadi bahwa kedamaian ataupun ketentraman yang kita inginkan ya artinya dari Kota Pontianak untuk Indonesia, dari Kota Pontianak untuk Kalimantan Barat, kemudian kami berharap bahwa pemuda Indonesia memiliki semangat tinggi untuk selalu mengupayakan toleransi untuk tetap disuarakan, diimplementasikan pada kehidupan kita bermasyarakat di mana pun berada,” harap Sopiallah.
Reporter : Haryani
Editor : Mei Hani Anjani