Sumber Foto : Jurnalis LPM Warta
Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia semakin mendapat peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai kemungkinan terjadinya peristiwa cuaca ekstrem di berbagai wilayah.
Cuaca ekstrem merupakan fenomena alam yang mengacu pada kondisi cuaca di luar batas normal dan berpotensi akan menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.
Hal ini mencakup berbagai fenomena seperti banjir bandang, kekeringan, angin kencang, badai, dan gelombang panas ekstrem.
Seiring dengan semakin parahnya perubahan iklim global, frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem di Indonesia diperkirakan akan meningkat, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan dampaknya yang luas terhadap masyarakat dan ekosistem.
Oleh karena itu, penting untuk lebih memahami kondisi cuaca ekstrem dan mengambil tindakan mitigasi yang tepat untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan cuaca ekstrem?
Dikutip dari halaman BMKG, bahwa akan terjadi hujan dengan intesitas sedang hingga lebat terjadi di wilayah Kalimantan Barat (Putussibau), Sulawesi Tenggara (Kendari), dan Papua (Tanah Merah), sementara itu curah hujan dengan kategori ekstrem terjadi di Sulawesi Utara (Manado) yang mencapai 209 mm/hari.
Apa Saja Faktor-faktor yang Menyebabkan Cuaca Ekstrem?
Menurut BMKG, ada dua faktor penyebab cuaca ekstrem di Indonesia. Faktor pertama adalah puncak musim hujan. Faktor kedua adalah dinamika aktivitas atmosfer, yang diperkuat oleh tempat pertemuan Indonesia dengan air.
Selain itu ada juga faktor monsun Asia, yaitu angin yang bertiup secara periodik dari benua Asia menuju benua Australia dan melewati Indonesia.
Hal ini ditambah dengan faktor memanasnya suhu permukaan laut di Indonesia dan sekitarnya menyebabkan terjadinya kondensasi sehingga membentuk awan hujan dan fenomena gelombang atmosfer.
Gelombang atmosfer ini meningkatkan kemungkinan terjadinya udara lembab di banyak wilayah Indonesia, yang dapat menyebabkan hujan dan kejadian cuaca ekstrem.
Apakah Cuaca Ekstrem Berhubungan dengan Pemanasan Global?
Pemanasan global menjadi isu yang semakin mendesak untuk ditangani. Dampaknya terasa di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Perubahan iklim yang drastis akibat pemanasan global telah menyebabkan berbagai konsekuensi serius di berbagai sektor kehidupan, termasuk lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Salah satu penyebab pemanasan global yang paling terasa adalah menghangatnya suhu akibat aktivitas manusia yang terus memompa gas rumah kaca dalam jumlah yang besar ke atmosfer. Gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O), memiliki kemampuan untuk menyerap dan mempertahankan panas di atmosfer.
Fenomena El Nino picu terjadinya kemarau panjang
Fenomena ini berdampak pada perubahan pola cuaca di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sebagai negara yang melintasi garis khatulistiwa, Indonesia menjadi salah satu negara yang rentan terhadap dampak dari fenomena El Nino.
Ketika terjadi El Nino, monitoring dan pemantauan cuaca dan iklim menjadi penting untuk memberikan peringatan dini terkait kemungkinan kemarau panjang. Apabila tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan, konsekuensi dari musim kemarau yang berkepanjangan seperti potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan menjadi ancaman yang nyata.
El Nino merupakan kondisi peningkatan suhu akibat suhu air laut di Samudra Pasifik memanas di atas rata-rata suhu normal. Akibatnya, curah hujan yang berkurang di musim hujan dan berdampak pada musim kemarau berkepanjangan.
Imbauan BMKG
BMKG akan terus memantau kondisi cuaca dan perubahannya berdasarkan data dan analisas terkini selama 24/7. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan melakukan langkah-langkah antisipatif terhadap peningkatan curah hujan yang berpotensi terjadi dalam seminggu kedepan dengan terus memperbarui informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca dari BMKG.
Penulis : Zikri
Penyunting : Tim Redaksi