Wartaiainpontianak.com – Sungai mayam, itulah kampung halamanku bertepatan di Kabupaten Sanggau Kecamatan Meliau. Sebenarnya kampung sungai mayam ini bukan tempat kelahiranku melainkan tempat kelahiran ayah dan ibuku, kami juga baru 12 tahun tinggal di sini. Jadi untuk diriku sendiri tidak terlalu akrab dengan penduduk kampung ini, hanya beberapa saja itu pun karena teman sekolah juga keluarga dekat. Walaupun sebagian besar di kampung ini adalah keluargaku, tapi karena aku tidak bersekolah di kampung ini jadi aku sedikit canggung untuk bertegur sapa.
Baiklah aku akan memberi tahu tentang beberapa tradisi ramadhan yang ada di kampung halamanku ini. Biasanya, satu hari sebelum ramadhan akan ada orang yang menjual daging sapi dan mengantarkannya ke setiap rumah. Juga akan banyak orang yang menjual menu takjil, dari yang menjualnya dengan berkeliling kampung menggunakan motor hingga mendorong argo, ada yang didepan rumah saja dengan membuat tenda di halaman rumah, serta ada yang menjual di kantin ramadhan yang memang di buka untuk masyarakat membeli takjil bagi yang malas membuat sendiri.
Tidak hanya itu saja, bahkan di bulan suci ramadhan ini juga pasti ada yang menjual petasan di pinggir jalan. Entah jenis apa saja yang ia jual, banyak sekali dari yang seharga dua ribu rupiah hingga ratusan rupiah pun ada dengan bermacam-macam bentuk dan rupa seperti Indonesia raya, beragam.
Selain menjual takjil juga petasan, beribadah pun pasti nya selalu ada dilaksanakan apalagi ketika sedang tadarus, jika kau rajin ikut bertadarus di daerahku sini pasti mendapat uang, per orang sepuluh ribu. bukan hanya itu saja, biasanya dari MTs Amal Muslim Meliau tempat ku bersekolah dulu, akan menurunkan puluhan anak didiknya untuk mengisi kultum disetiap masjid juga surau yang ada di daerahku dan itu juga mendapat uang jajan, tergantung berapa kali kau berceramah.
Ada yang lebih seru dan menarik sekali, karena para anak remaja akan membuat karya untuk menyambut bulan suci ramadhan hingga hari raya idul fitri. Entah apa saja yang mereka buat, untuk tahun ini mereka membut gardu dengan lampu warna-warni sungguh indah sekali dan asal kalian tau, dalam pembuatan gardu ini sangat mengesankan menurutku. Karena baik muda maupun sudah berumur, mereka semua akan turut serta untuk membuatnya. Walau dari awal tadi itu rencana anak remaja, tapi tetap saja yang tua ingin kembali ke masa mudanya.
Tapi, sekarang yang melakukan kegiatan yang aku sebutkan tadi banyak yang menghilang dan di bumi hanguskan karena wabah yang menyebar ke penjuru dunia ini. Sebut saja wabah itu korokoro. Ah tidak seru, bahkan aku saja tidak dibolehkan untuk sholat terawih di mesjid. Kesempatanku untuk mendapat pahala juga uang sedikit bahkan tidak ada. Menyebalkan memang tapi mau bagaimana lagi, mau marah pun percuma tidak ada gunanya. Kata orang-orang kampungku “ Manas dak belawan.”
Penulis : Jhihan Ramadhani
Editor : Syarifah Desy Safitri