Selasa, Februari 18, 2025
BerandaLaporan UtamaFeaturesTidak Berharga Bukan Berarti Tidak Bernilai

Tidak Berharga Bukan Berarti Tidak Bernilai

wartaiainpontianak.com Sore hari pada pukul tiga lewat datang seorang laki-laki mengendarai sepeda motor scoopy berhenti di depan surau yang mengenakan sweter berwarna abu-abu, laki-laki tersebut bergegas turun dari kendaraannya menghampiri kawan lamanya dan bersalaman layaknya teman seperjuangan, laki-laki tersebut membawa tas yang berisikan laptop dan alat-alat kuliah yang lengkap, dapat kutangkap maksud daripadanya ini untuk meminta bantuan mengerjakan tugasnya, saat itu sudah saatnya berkumandang adzan, Khijo menyuruhnya masuk ke kamar, selepas dari itu khijo pergi ke dalam surau untuk segera menghidupkan AC dengan kipas angin dan Toa lalu menunggu waktu adzan dikumandangkan.

Teman khijo tersebut langsung masuk ke dalam kamar. Selesai sholat khijo menemui Fikri yang sudah terkapar dikamar karena sedikit kelelahan sehabis kerja. Khijo pun membangunkanya sembari menanyakan maksud kedatangannya. “Bangun boi! Ade angin ape kau nih baru nampak sekarang”, kejut khijo sambil membersihkan. “Adoh boi bentar lok lelah aku ni abis kerje”, sahutnya sambil tiduran.

Seling beberapa menit fikri bangun dan langsung duduk seraya berkata “Aku nak minta bantu boi same kau ni”, pintanya sambil tersenyum, khijo pun menjawab “Dah kutebak psati ade maoknye, yaudah aku bantu deh”.

Khijo pun membantu fikri mengerjakan tugas, tidak kunjung selesai juga ia merasa lapar dan langsung pergi mencari makanan, seling 15 menit dari perginya ia pun datang membawa dua makanan dan dua coca cola dingin, ia mengajak khijo makan bersama, namun khijo menolaknya karena sudah sedikit lagi selesai tugas dari fikri dan setelah itu khijo harus bersih-bersih surau, disapunya semua debu, semua darah yang menempel di lantai sisa-sisa qurban kemarin dari sekeliling teras dan tempat wudhu’ dibersihkannya.

Saat pertengahan saat sedang mengepel lantai surau, fikri yang sedang makan bertanya pada khijo, “Berapa gaji kau boi disini?” sambil makan, khijo menjawab dengan santai “Tidak digaji boi disini” sambil mengepel, ia meneruskan pertanyaan “Terus kenapa kau mau boi tinggal disini” sambil minum, lantas khijo pun menjelaskan “Tak masalah walau tak digaji kawan, yang penting ada tempat tinggal yang bisa kutinggali di Pontianak ini, ketimbang harus berangkat dari kampung, walau tak digaji orang sini, saye minta gaji sama tuhan sajalah” sambil tersenyum.

Seusainya mengepel khijo datang mendekati rifki saat makan dan berkata,”saye yakin boi tumbuhan saja yang tidak bisa berjalan tuhan hidupkan, apalagi saye manusia yang bisa berjalan pasti tuhan bantu boi”, sambil mengayun-ayunkan pengepel. Selain itu di tempat ini kita dapat menjaga ibadah dengan tenang, tidak terlalu banyak beban dan pikiran pun jadi lebih tenang.

Penulis: Saifullah
Editor: Tim Redaksi

Redaksi WARTA
Redaksi WARTAhttp://www.wartaiainpontianak.com
wartaiainpontianak.com merupakan media daring (online) yang dikelola oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM ) WARTA, yang merupakan salah satu bentuk Unit Kegiatan Mahasiswa di lingkungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Alamat redaksi wartaiainpontianak.com berada di Jalan Letnan Jenderal Soeprapto No. 19, Kelurahan Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat atau komplek kampus IAIN Pontianak Gedung Sport Center Bagian Barat. Iklan dan redaksi E-mail: lpmwarta1@gmail.com
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments