Di era millenial ini tentu teknologi adalah alat bantu untuk menghubungkan antar manusia satu dengan manusia lainnya. Untuk era millenial yang serba teknologi ini, rasanya sangat sulit jika manusia tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi. Istilah ketinggalan zaman yang tak lagi asing di telinga masyarakat Indonesia adalah kudet ( kurang upate ). Teknologi telah berkembang pesat dalam bidang pendidikan, seni budaya, pemasaran dan masih banyak lagi. Saking pesatnya tekhnologi yang berkembang saat ini sehingga jika kita telat satu hari saja tidak melihat sosial media, maka akan banyak berita baru yang kita lewati.
Salah satu bentuk perkembangan teknologi yang digunakan untuk menunjukkan informasi adalah reklame. Reklame adalah sebuah papan yang berfungsi untuk menyampaikan pesan yang berupa iklan ataupun informasi. Reklame ini dapat difungsikan non stop selama 24 jam. Reklame ini biasanya dipajang dijalan-jalan besar yang sering dilalui orang dengan tujuan agar semua orang dapat melihat informasi dan iklan yang ditampilkan dalam reklame. Salah satu iklan yang terkenal di reklame adalah iklan rokok. Adapula iklan dan informasi lain yang ditampilkan dalam reklame.
Pembuatan reklame ini tidak murah. Ibu Kota Indonesia, sebutlah itu DKI Jakarta mengeluarkan biaya sebanyak 11 milyar. Dalam sebuah artikel Jakarta, compas.com menyebutkan bahwa anggaran itu dialokasikan untuk menyewa alat berat dan pengamanan saat penertiban. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Yani Wahyu mengatakan bahwa pengeluaran 11 miliyar ini diperuntukkan untuk 125 reklame besar, 50 reklame sedang, sewa alat berat, makan minum petugas dan lainnya.. Dengan biaya yang tidak murah ini, papan reklame harus digunakan sebaik-baiknya. Di Ibu Kota Kalimantan Barat, terdapat beberapa reklame yang tidak hanya di pasang di jalanan besar tetapi dalam kampus atau dalam toko besar juga terdapat papan reklame. Bahkan terkadang, depan toko juga terdapat reklame.
Salah satu contoh pemsangan papan reklame di pontianak yang terletak di jalan besar ialah di persimpangan Jl Gusti Sulung Lelanang – Jl Ahmad Yani.
Pembuatan reklame di Pontianak dibandrol dengan harga 1.000.000 hingga 2.000.000. Ini terbukti dengan daftar harga yang disebutkan dalam salah satu situs online yang menyediakan percetakan reklame di daerah Pontianak dan situs web tersebut menyebutkan harga pembuatan papan reklame. Ketika sebuah reklame tidak lagi difungsikan dengan baik oleh pengelola, maka itu akan berdampak pada kerugian biaya. Apalagi, ketika reklame tersebut tidak di tampilkan pada lokasi yang memang sangat ramai dan di toko atau tempat yang memang masyarakat sangat membutuhkan informasi atau iklan tersebut. Terlebih lagi jika papan reklame tidak menampilkan iklan dan infomasi yang mempu menarik perhatian orang untuk melihatnya.
Jika tidak ada penangan yang baik untuk reklame yang rusak, maka nantinya akan berdampak pada masyarakat. Dilansir dari sebuah artikel Tribun Kubu raya yang menyebutkan bahwa, terdapat papan reklame roboh akibat diterjang hujan deras yang diikuti angin di jalan Arteri Supadio Kabupaten Kubu Raya. Bayu Prima Hariyanto, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang melalui Kasi Tata Bangunan dan Lingkungan mengatakan bahwa robohnya papan reklame ini tergolong baru dan masih belum kuat jika diterjang kondisi alam pada waktu itu yang memang kondisi alamnya tidak stabil. Tidak adil rasanya jika kita menyalahlan alam atas kasus ini. Karena memang pada dasarnya sesuatu hal yang rusak dapat diperbaiki atau jika tidak ingin diperbaiki, maka buang saja kemudian di kondisionalkan lagi.
Salah satu contoh papan reklame terbengkalai adalah di IAIN Pontianak. Posisi reklame terletak di depan gerbang kedua IAIN Pontianak. Lebih tepatnya lagi di sebrang luar Masjid Abdul Rani. Papan reklame ini berukuran dengan kisaran 3X2 M dengan kisaran harga pula 1.500.000. papan reklame ini jelas jelas tampak sangat terbengkalai ketika pohon besar menutupi reklame. Ketika pohon besar berada tepat di depan papan reklame, jelas saja terlihat bahwa reklame tersebut sangat terbengkalai. Terlebih lagi pada bagian batang reklame sudah mulai mengarat dengan kondisi jalanan sepanjang reklame yang tidak berlampu. Ketika malam hari, maka yang tampak terlihat hanya pohon besar saja dan reklame hanya berbungkus putih dan sangat tidak ada gunanya lagi jika memang tidak ada penangan untuk diperbaiki.
Terakhir, solusi jika papan reklame IAIN Pontianak yang telah lama terbengkalai adalah sebaiknya diperbaiki terlebih dahulu. Papan reklame dibuat dengan harga yang tidak murah dan tentu tujuan awal setiap pengelola reklame itu membuat pemasangan reklame adalah untuk memudahkan seseorang dalam mengulik iklan ataupun informasi yang sedang terjadi saat ini agar masyarakat tidak tertinggal infomasi. Jika memang tidak ada niat untuk memperbaiki, maka buang papan reklame. Karena jika papan reklame tersebut tidak dibuang, itu akan menjadi pajangan saja yang sangat tidak bermanfaat. Apa lagi jika papan reklame telah tidak sanggup lagi menopang tiang-tiang yang sudah goyah, maka papan reklame akan tumbang dan bisa saja memakan korban jiwa. Bahkan yang lebih parahnya adalah ketika papan reklame tampak menyeramkan dengan suasana jalan kampus IAIN Pontianak yang gelap saat malam hari. Papan reklame tersebut tampak berwarna putih dengan posisi yang tinggi, maka tidak ada lagi terlihat unsur seperti reklame melainkan seperti hantu yang “gentayangan”.
Penulis: Feby Kartikasari
Editor: Syarifah Desy