wartaiainpontianak.com – Pernahkah kalian mengira bahwa di Indonesia, bahkan di dunia tak pernah terlepas dari yang namanya berita palsu (Hoax). Sepertinya sudah menjadi budaya dalam memakan sebuah berita yang masih belum diketahui benar salahnya. Mengambil tanpa memilah, seperti sudah menjadi rutinitas yang diharuskan dengan terus mementingkan diri sendiri tanpa perduli pihak mana saja yang akan dirugikan.
Dikutip dari Mastel Indonesia 2019 bahwa mereka telah melakukan survei terkait masyarakat Indonesia yang menerima berita hoax setiap harinya mencapai 34,60%. Dalam survei tersebut, berita hoax yang banyak beredar melalui media sosial facebook, Instagram, twitter, youtube dan sebagainya mencapai 87,50%. Diantara berita hoax yang diterima responden ialah berita tentang sosial politik sebanyak 93,20% kemudian disusul dengan berita yang memuat unsur SARA sebanyak 76,20%.
Mereka yang mendapatkan sebuah berita walaupun tidak tahu menahu asal berita itu, bahkan memahaminya saja tidak dengan mudah menggunakan jari-jemarinya untuk terus menyebarkan berita tersebut. Padahal Al-Qur`an telah menjelaskan dengan begitu jelas bahwa semua perbuatan yang digunakan oleh anggota tubuh sekecil apapun perbuatan itu akan diminta pertanggungjawaban, tetapi mengapa mereka seakan menulikan telinga dan membisukan mulut dengan semua itu.
“Jarimu adalah harimaumu” tentu sudah tidak asing lagi ungkapan ini. Ungkapan yang memerintahkan kita untuk terus berhati-hati dalam menggunakan jari. Ketika jari disalahgunakan maka akan menerkam dengan begitu mudah.
Melalui teks, gambar atau simbol seseorang dengan mudah menyindir dan menertawakan orang lain, bahkan dengan sekali ‘klik’ melewati layar saja bisa dengan mudah menghina dan menyesatkan orang lain yang tak sejalan dengannya.
Pada dasarnya, berita palsu ini disebarkan bertujuan untuk bahan lelucon dan iseng, menjatuhkan pesaing, promosi dalam penipuan ataupun ajakan untuk berbuat amalan baik yang sebenarnya belum ada dalil yang jelas didalamnya. Mereka yang menyebarkan berita palsu ini seakan membuat sesuatu yang sebenarnya tidak ada menjadi ada.
Oleh karena itu, para penerima hoax mulai terpancing untuk menyebarkan berita tersebut kepada rekan sejawatnya sehingga hoax itu cepat tersebar begitu luas. Seseorang akan lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki.
Sebagai contoh, jika seseorang penganut paham tentang apakah di bulan mempunyai gaya gravitasi dan orang itu memperoleh artikel yang membahas tentang berbagai teori konspirasi mengenai foto benda-benda, bahkan seorang astronot yang melayang di bulan maka secara naluriah orang tersebut dengan mudah mempercayainya karena mendukung teori mengenai gaya gravitasi di bulan yang diyakini, padahal dirinya tidak pernah mencoba berada di bulan tersebut untuk membuktikan apakah teori itu benar atau tidak.
Secara alaminya, perasaan positif akan timbul di dalam diri seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat afirmasi sehingga cenderung tidak peduli apakah informasi yang diterimanya benar. Hal ini semakin parah jika penyebar berita memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan internet untuk mencari informasi lebih dalam mengenai fakta sebenarnya, bahkan si penerima akan tertipu mengenai berita tersebut.
Ketahuilah bahwa ilmu akan menunjukkan perilaku manusia dinilai dari apa yang diperbuatnya, bukan dari apa yang diketahuinya. Orang baik dikenal jika ia melakukan amalan baik, bukan karena punya pengetahuan tentang cara berbuat baik. Berita palsu dibuat untuk kepentingan pribadi karena logikanya orang yang cerdas dan santun tidak akan merusak persatuan Negara. Inilah sebabnya orang yang semakin berilmu akan semakin berhati-hati.
Untuk itu, ketika menerima suatu berita lakukanlah tabayyun terlebih dahulu. Jangan sembarangan dalam menerima dan menyebarkan berita. Carilah kebenarannya terlebih dahulu, jangan langsung disebarkan begitu saja.
Para penyebar hoax bisa mendapatkan keuntungan puluhan juta, bahkan ratusan juta karena uang menjadi target utama tanpa memikirkan kerugiannya.
Dikutip dari Washington Post bahwa Paul Horner, seorang penulis berita hoax mendapatkan penghasilan besar dari Google Adsense hingga mencapai USD 10 ribu atau sekitar Rp 130 juta, bahkan ia mendapatkan lebih banyak jika membuat berita hoax tentang artis yang menjadi viral.
Para penyebar mungkin akan mendapatkan keuntungan di dunia saja, tetapi tidakkah mereka berpikir bahwa di akhirat kelak adzab yang pedih telah menanti mereka.
Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bagiannya yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-Nur : 11)
Mereka yang menerima berita tanpa memilah (Tabayyun) pahamilah ayat ini agar dirimu tidak tersesat dalam kebohongan dan menyesal atas perbuatannya.
Sebagaimana Allah berfirman :
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِنْ جاءَكُمْ فاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصيبُوا قَوْماً بِجَهالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلى ما فَعَلْتُمْ نادِمينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat : 6).
Oleh karena itu, mulai sekarang katakan tidak pada HOAX karena kami mencintai diri kami, mencintai negeri kami dan kami anti HOAX.
Penulis : Elsya Astiani
Editor : Anisa Priyantini