wartaiainpontianak.com – Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) bersama 10 Organisasi mahasiswa lainnya adakan kegiatan Rembuk pemuda Kalimantan Barat Focus Grup Discussion (FGD) dan deklarasi narasi kebangsaan pemilu 2019 sebagai ajang silaturahmi dari berbagai organisasi Mahasiswa dan Pemuda di Kalimantan Barat di hotel Mercure,1 Oktober 2018.
Kegiatan ini diadakan oleh Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI), Pemuda Muslimin Indonesia, Ikatan Mahasiswa Sintang, Ikatan Mahasiswa Sekayam, Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), Forum Mahasiswa Dayak Kabupaten Sekadau (FMDKS), mengundang Banwaslu, KPU, Kapolda Kalbar, serta organisasi mahasiswa eksternal maupun internal kampus lainnya, serta tokoh adat budaya melayu, dayak, madura dan tinghoa sebagai narasumber.
“FGD bertemakan Menangkar Konflik Horizontal Dalam Pusaran Tahun Demokrasi Pemilu 2019 ini diadakan guna menjaga Kalimantan Barat yang harmonis dan beragam pada saat ini,” ujar Rival Aqma Riyanda Koordinator acara.
Rival menjelaskan dengan terselenggaranya FGD dan Deklarasi narasi kebangsaan yang dihadiri berbagai organisasi kemahasiswaan, budaya serta agama ini menegaskan kembali bahwa Kalimantan Barat multietnis dan agama, dengan tujuan menjaga kebersamaan, bertoleransi dalam kehidupan bermasyarakat, serta tercapainya pemilu 2019 damai di Kalbar.
Kegiatan ini di apresiasi dan dibuka serta diresmikan oleh Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono.
“Kalbar ini ada 17 suku, 7 suku dominan dan 3 suku paling dominan, perlu pemikiran yang kritis dan komitmen untuk memajukan kalbar. Bukan hanya TNI/POLRI, tapi semua komponen berperan dalam kerukunan Kalbar. Lakukan kreasi-kreasi untuk kepentingan-kepentingan bersama, hilangkan egosenteral, primordial, hilangkan kepentingan-kepentingan kelompok satukan pemikiran demi Kalbar,” ujar Irjen Pol Didi Haryono.
Ketua Yayasan Bhakti Suci Hartono Azas mengatakan ada 17 konflik berdarah di Kalbar, diantaranya konflik antar suku pada tahun 1997-1999, peristiwa seperti ini jangan sampai terjadi lagi di Kalbar. Masyarakat sekarang sudah cerdas, terbukti dengan adanya beberapa isu pemecah kerukunan antar suku dan agama yang beredar, mampu diselesaikan dengan baik, belum ada daerah lain yang setolerir Kalbar.
FGD ini juga bertujuan untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan pemilu yang menitikberatkan politik yang baik bersifat edukatif bagi masyarakat serta menghindari informasi-informasi yang bersifat provokatif tersebar dan menyebabkan perpecahan.
“Pada intinya kita mensukseskan Pilpres dan Pileg 2019 berjalan lancar, jangan sampai konflik terjadi. Menjaga kebersamaan melalui lintas adat budaya, suku, dan agama,” kata Jakius Dewan Adat Dayak.
Rival berharap proses pemilu 2019 berlangsung dengan baik, lancar, dan damai. Serta kegiatan seperti ini tidak berhenti sampai disini, tapi juga terus berlanjut dengan cakupan organisasi yang lebih luas serta memberikan terobosan-terobosan baru demi Kalbar yang damai.
Reporter : Natalia lestari
Editor : Imam Maksum