Wartaiainpontianak.com-Seruan Aksi Menolak Lupa Juni Berdarah diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) di Taman Digulis Pontianak pada 14 Juni 2024 kemarin.
Aksi yang dilakukan para mahasiswa adalah aksi menuntut kejelasan atas meninggalnya seorang aktivis mahasiswa asal Kalimantan Barat (Kalbar) bernama Syafaruddin pada 14 Juni 2000 yang dikenal dengan Juni Berdarah.
Inisiator aksi yaitu pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) Wilayah Kalimantan Barat (Kalbar) Agim Nasiar menjelaskan bahwa pelaku belum diketahui dan belum ada klarifikasi yang jelas mengenai kematian almarhum Syafarudin dari pihak Polisi Daerah (POLDA) Kalimantan Barat.
“Jadi untuk mencari keadilan ini sudah kami suarakan terus, cuman gak pernah didengar aja dari pihak Polda, kalau kita lihat kilas balik dari kasus ini sebenarnya pelakunya itu belum diketahui dan belum disampaikan dengan jelas oleh pihak Polda, yang sebenarnya pada zaman itu mempunyai senjata dan pengamanan itu hanya pihak Polda Kalbar dan Dwi Abri pada zaman itu,” Jelas Agim.
Agim juga mengatakan bahwa ketiadaan transparansi membuahkan kegagalan besar bagi Polda Kalbar dalam penanganan kasus ini. Ia juga menegaskan bahwa yang diinginkan adalah bukti bukti yang benar itu tidak lagi ditutup tutupi. Tuntutan yang disuarakan takpernah diindahkan oleh pihak kepolisian.
“Belum ada transparansi dan bahkan setau saya dari pihak Polda pun gak lagi mengurusi perihal ini seolah barang ini ditutup bukukan, kalau kita lihat sampai detik ini, ini nggak akan diselesaikan, menjadi sebuah kegagalan besar bagi Polda Kalbar,” Ujar Agim.
“Kami ingin kejelasan terkait kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) ini, kami ingin bukti yang benar ada itu dikeluarkan, sebenarnya ada banyak bukti yang sudah terkumpul, namun seolah-olah disembunyikan oleh pihak Polda Kalbar. Tuntutan kami sampai detik ini yang pertama adanya sebuah monumen dimana tempat kematian almarhum wafat, dan ingin nama jalannya diganti nama almarhum,” Tambah Agim.
Tanggapan pihak kepolisian yang acuh tak acuh menjadikan pihak demonstran akan melakukan dialog dengan beberapa pihak dan mengadakan aksi berikutnya.
“Pihak Polda selalu menepis nepis seolah hal ini bukan kesalahan dari pihak polisi. Kami akan melakukan berupa dialog dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Lembaga Bantuan Hukum Kalimantan Barat (LBH Kalbar), dan penulis buku Juni Berdarah. Selanjutnya kami akan melakukan aksi ke Polda Kalbar,” Tutupnya.
Penulis : olyn
penyunting : Tim Redaksi