wartaiainpontianak.com – Generasi Baru Indonesia (GenBI) Kalimantan Barat laksanakan seminar bersama sosok seniman, Butet Kartaredjasa yang digelar di halaman Bank Indonesia (BI) lama Jalan Rahadi Oesman , Pontianak, mulai pukul 20.00 hingga 22.00 WIB, Sabtu (28/4/2018).
Acara bersama Butet merupakan agenda hari kedua Festival Literasi Khatulistiwa (FESLIKHA) yang diramaikan dari berbagai kalangan mulai anak-anak, remaja, hingga orang tua turut antusias hadir memenuhi tempat berlangsungnya kegiatan.
Acara FESLIKHA menurut Butet Kartaredjasa adalah sebuah kegiatan yang sangat baik. Dia juga mengapresiasi acara Feslikha 2018 yang diadakan Bank Indonesia dan Dinas Perpustakaan Kota Pontianak.
“Ini salah satu perbuatan baik, karena tugas kita di dunia hanya ada dua, berbuat baik dan berbagi kebaikan, dan ini sangat tepat, ” tutur Butet Kartaredjasa.
Bintang tamu kedua di Talkshow FESLIKHA, Pay Jarot memberikan motivasi kepada masyarakat desa dan perkampungan yang berada di Kalimantan Barat. Ia mengatakan bahwa orang desa merupakan orang yang luar biasa dalam segi budaya.
“Orang desa memiliki kearifan lokal yang luar biasa, dan ketika orang-orang merusaknya kita harus melawan,” kata Pay Jarot.
Butet Kartaredjasa mengatakan pendapatnya tentang ranking akan minat baca KalBar yang masuk kategori rengking rendah. “Menurut saya personal, kita harus beranggapan kita nomor satu, kita tidak mesti khawatir mencari pembaca, karena kita urutan terendah, kita gak usah percaya dengan rengking, itu mblegedes, ” ujar Butet Kartaredjasa.
Dia menanggapi kondisi literasi para anak-anak sekarang yang cenderung lebih asyik dengan bermain game online, khususnya fenomena yang terjadi di Indonesia. “Untuk merubah zaman yang dilakukan manusia itu adalah kesediaan, merawat dunia ini, kalau hidup kita hanya untuk memanjakan kepuasan diri sendiri, berarti kita tidak melakukan tugas-tugas kemanusiaan,” kata Butet Kartaredjasa.
Dia berharap kapada seluruh masyarakat KalBar untuk berani mulai berjuang melestarikan literasi. “Diharapkan dengan mendengarkannya seluruh proses dalam literasi KalBar ini, bukan hanya berhenti sebagai pendengar, tapi kemudian melakukan tindakan untuk menyelamatkan dunia, ” harap Butet Kartaredjasa.
Reporter : Aris Mustofa
Editor : Imam Maksum