wartaiainpontianak.com – Annisa Maharani Nasran adalah Duta HIV AIDS KALBAR tahun 2018 ini lahir di Pontianak 10 April 1999 yang beralamatkan di Jl. Selamat Sungai Jawi Dalam. Tinggi semampai dengan kulit yang putih serta ditambah dengan hidung yang mancung membuat keteduhan dalm raut wajah Annisa. Bibir tipis dengan mata yang sendu serta dilengkapi dengan alis yang rata membuat keelokan saat memandang Annisa. Ditambah lagi dengan peringai lucu dan humble membuat dirinya tampak lebih menyenangkan serta suasana sekitar Annisa menjadi hidup. Dengan status belum menikah yang disandang Annisa saat ini membuat kaum Adam mengidam-idamkn Annisa. Namun sayangnya, Annisa adalah salah satu wanita yang mepatenkan dirinya untuk menjadi matahari. Menurut Annisa, tidak semua orang dapat melihat matahari. Jikapun ada yang ingin melihat, maka orang akan menunduk. Begitulah prinsip wanita seteduh Annisa ini.
Menjadi anak ke 6 dari 6 bersaudara dan satu-satunya anak perempuan membuat Annisa tidak merasa kesepian karena dirumahnya saja sudah ramai dengan saudara dan kedua orang tua yang lengkap. Pola pendidikan yang diberikan orang tua Annisa adalah terus menyayangi anak Yatim. Kedua orang tua Annisa ini selalu memberi makan anak Yatim, memberikan pakaian yang layak bahkan terkadang anak-anaknya iri dengan kasih sayang orang tua Annisa terhadap anak Yatim. Annisa pernah menanyakan kepada ibunya ketika Annisa masih kecil, “ngape orang itu dapat ? Kite bah anak kandungnye.” setelah itu, ibunya menjawab dengan nada nasihat “nak, kamu punya orang tua lengkap. Sedangkan mereka tidak. Izinkan kita untuk membagi kasih sayang pada mereka”. Setelah mendengar pemahaman tersebut, Annisa menjadi sadar bahwa menyayangi anak Yatim itu adalah dapat menjadi hal yang lebih indah.
Masa kecil Annisa bukanlah menjadi anak seperti biasanya. Semasa di MAN, setelah pulang sekolah Annisa mengajar perihal agama dengn gratis. Kemudian malamnya hingga jam 10 malam, Annisa hanya berganti pakaian saja Annisa langsung mengajar les di rumah DPR dengan tarif yang tinggi. Annisa tidak pernah mematokkan tarif untuk mengajarkan perihal agama karena itu adalah amal jariah yang Annisa keluarkan untuk bekal di akhiratnya. Sedangkan untuk mengajar les anak DPR, ada tarif yang dipatokkam Annisa karena mereka memang mampu untuk mengeluarkan biaya tersebut tanpa paksaan dan desakan yang akn merugikan DPR tersebut. Selama di MAN, Annisa terkenal menjadi wanita yang tangguh. Wajahnya memang lembut, tetapi siapa sangka Annisa ini juga terlihat garang di sekolah. Hal ini ditunjukkan karena Annisa ingin seperti bunga mawar. Yang indah dipandang namun berduri. Menjadi wanita itu harus mampu indah hatinya, cantik hatinya, baik perangainya tetapi harus juga mampu membentengi diri dengan tangguh.
Awal mulanya, Annisa tidak pernah terfikir untuk menjadi Duta HIB AIDS karena tidak memiliki dasar pengetahuan mengenai HIV AIDS. Basic Annisa adalah da’i. Beberapa cabang perlombaan da’i sudah dikuasai oleh Annisa. Tetapi pada waktu itu, Annisa bermodalkan coba-coba dan mulai berfikir bahwa mungkin dengan cara menjadi duta HIV AIDS inilah cara Annisa berdakwah. Sebelum mendapatkan label tersebut, Annisa belajar menggunakan high heels dengan susah payah karena Annisa tidak terbiasa menggunakan high heels. Sampai sekarang, Annisa tidak paham apa fungsinya high heels dalam dunia modelling. Namun untungnya, masalah modelling telah dikuasai Annisa sehingga dirinya mampu bersaing dengan cepat dan mendapatkan prestasi melalui perlombaan duta HIV AIDS KAlBAR 2018. Dengan bermodalkan, bakat modelling dan meluruskan niat dengan berdakwah menggunakan cara mempelajari tentang HIV AIDS maka saat ini Annisa mampu merubah pola pikirnya terhadap penderita HIV AIDS.
Banyak orang yang memahamai bahwa HIV AIDS akn menular saat bersentuhan tangan atau berbagi makanan dan minuman. Namun sebenarnya, HIV AIDS hanya akan menular ketika melakukan hubungan seksual dan menggunakan alat suntik dengan penderita HIV AIDS. Saat menjadi Duta HIV AIDS pun banyak orang yang mengira bahwa Annisa adalah penderita HIV AIDS. Namun itu semua ditangkas oleh Annisa bahwa “Kita semua perlu belajar tentang penyakit ini karena jangan sampai prespektif kita tentang penularan penyakit ini, maka kita akan menjatuhkan semangat penderita dan melunturkan harga diri penderita sehingga meragukan keadilan Allah.” tutup Annisa.
Reporter: Feby Kartikasari
Editor: Syarifah Desy