Rabu, September 11, 2024
BerandaWarta UtamaTradisi Unik Idul Fitri di Bumi Senentang

Tradisi Unik Idul Fitri di Bumi Senentang

wartaiainpontianak.com – Puasa dan menjaga hawa nafsu dari segala hal yang membatalkan puasa telah dilakoni selama sebeluan penuh, minggu-minggu lalu pada bulan ramadan 1439 Hijriah yang dijalankan oleh seluruh umat muslim didunia.

Pada dasarnya hari kemenangan Idul fitri atau yang akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan lebaran yang identik dengan mudik, berkumpul dengan keluarga sanak saudara di rumah masing-masing merupakan sebuah atau pengalaman yang sudah pasti ada terutama di negara Indonesia.

Di daerah Kabupaten Sintang Kalimantan Barat tepatnya di Desa Empaci kecamatan Dedai memiliki beberapa tradisi yang cukup unik saat menyambut dan merayakan hari kemenangan yang merupakan hari yang sangat bahagia bagi umat muslim di Desa Empaci dan umat muslim di dunia.

Beberapa tradisi unik merupakan tradisi yang dibawa sejak transmigrasi dari pulau jawa pada tahun 80an dan dijalankan turun temurun oleh masyarakat Desa Empaci, di antaranya adalah tradisi kirim rantang, lebaran, dan bada kupat.

Kirim Rantang.

Tradisi kirim rantang memang seperti halnya kita saling berbagi makanan yang menggunakan wadah rantang susun, yang di dalamnya terdapat berbagai lauk-pauk tanpa nasi, tidak seperti mengirim rantang untuk orang yang bekerja di sawah.

Tradisi kirim rantang dilakukan saat satu hari menjelang Idulfitri dengan mengirim lauk pauk kepada sanak saudara dan tetangga yang tinggal di Desa Empaci, seperti keluarga bapak Rasikun (78) pria paruh baya kelahiran Banyumas Jawa Tengan ini mengatakan, menurutnya telah melakukan tradisi kirim rantang ini sejak kecil dari ia masih tinggal di tanah kelahiranya sampai dengan ia mengikuti program transmigrasi ke Kalimantan Barat dan ditempatkan di Desa Empaci bersama puluhan kepala keluarga lainya.

“Sudah dari dulu waktu kecil udah ngirim rantang ke keluarga, tetangga cuma yang beda dulu waktu saya kecil pakai tampah atau nampan yang dilapisi daun pisang, terus diisi sama sayur dan lauk pauk” ujarnya saat ditemui di rumahnya Sabtu malam 16/06.

Dalam mengirim rantang biasanya tugas seorang ibu sama seperti dengan kebiasaan masyarakat lainya yaitu memasak dan tugas anak mengantarkan rantang, dan yang unik lagi dari tradisi ini adalah masyarakat Desa Empaci saling kirim rantang kepada tetangga dan sanak saudara.

Rasikun juga menjelaskan tentang tujuan dari tradisi kirim rantang sendiri menurut yang ia ketahui, tujuan dalam mengirim rantang memiliki makna yang cukup dalam yaitu untuk saling mempererat tali silaturahmi seperti yang telah diajarkan oleh agama serta untuk berbagi dan saling merasakan makanan satu sama lain.

“Ya pasti biar salaing akrab dengan tetangga, saudara karna bisa jadi selama hari-hari biasa kita sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing, serta juga untuk bisa ibarat saling merasakan masakan-masakan enak tetangga,” ujarnya.

Tradisi lebaran atau badan (bahasa jawa).

Sama seperti daerah-daerah lain pada saat lebaran sudah pasti kita berkeliling dari rumah satu kerumah lainya untuk saling bersalaman meminta maaf antara masyarakat satu dengan yang lainya, mungkin sebuah pemandangan yang sangat harmonis dan sangat sejuk disetiap kedipan mata kita, ada hal yang menarik dalam tradisi lebaran di desa empaci, mungkin didaerah lain sama ada hidangan baik makanan berbentuk nasi (makanan berat) serta makanan ringan (snac) yang dihidangkan untuk para tamu.

Hal yang menarik karena dari populasi penduduk masyarakat desa empaci yang tidak semuanya beragama muslim bahkan separuh beragama nasrani, pada tradisi lebaran atau badan tidak hanya masyarakat muslim yang saling berkunjung kerumah satu kerumah yang lain tetapi masyarakat nasrani juga ikut merayakan idul fitri dengan berkunjung kerumah yang sedang merayakan idul fitri guna menjunjung tinggi talisilaturahmi dan toleransi antar umat beragama.

Dalam kunjungan masyarakat yang beragama nasrani biasanya dalam berkunjung kerumah masyarakat muslim mengambil waktu pada sore sampai malam hari.

Pinyang (21) masyarakat yang beragama nasrani mengatakan bahwa dirinya mengaku senang karena bisa memperkuat tali persaudaraan sesama masyarakat yang berdampingan.

“Kita kan hidup sama-sama pasti kita harus menghargai acara muslim untuk meramaikan juga, dan untuk saling menjaga toleransi antar umat beragama,” jelasnya.

Sebuah tradisi yang sangat baik dan patut menjadi teladan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang hidup berdampingan yang berbeda budaya dan keyakinan.

Tradisi bada kupat (Lebaran ketupat)

Dalam seiring berjalanya waktu pasti sudah tentu hari akan berlalu dan terus berganti, Idulfitri juga akan berakhir, dalam tradisi bada kupat di Desa Empaci memang sama seperti tradisi yang dilakoni oleh masyarakat jawa pada umumnya, yaitu malam hari ketujuh Idulfitri dengan masyarat membuat ketupat dari bahan dasar janur kelapa, dan dihidangan disurau-surau dan masjid setempat, tradisi ini sudah menjadi hal yang sangat unik karena bada kupat menjadi penentu atau biasanya dianggap hari penutup Idulfitri atau lebaran. Dalam tradisi ini dilaksanakan pada malam hari dan diisi dengan doa bersama.

Tradisi bada kupat juga menjadi sebuah tanda bahwa kebanyakan masyarakat bisa merasakan kumpul bersama dengan nuansa islami, seperti yang dirasaka oleh Maliah(40) yang dikenal menjadi sosok ibu rumah tangga dan piawai dalam memainkan jari jemarinya menganyam ketupat. “sudah sejak kecil saya bisa buat ketupat, belajar langsung dengan almarhumah ibu saya, dan senang pasti bisa buat ketupat apalagi makanya ramai-ramai, kaya pas lebaran,” pungkasnya.

Fitri juga menambahkan bahwa tradisi ini memang sudah turun temurun sejak ia masih kecil bahkan dalam penjelasanya dirinya tidak tau sejak kapan tradisi itu ada.

“Ntah dari kapan ada lebaran ketupat, mungkin sejak dulu sekali” katanya dengan sedikit menggelengkan kepala serambi memelirikan mata kearah atas.

Tradisi-tradisi yang telah menjadi ciri khas ini jangan sampai hilang ditelan masa, apalagi di zaman milenial seperti ini, budaya barat sangat mudah sekali diterima dan diadopsi oleh masyarakat generasi penerus. Harapan tersebut juga diungkapkan oleh Rasikun, dirinya sanagat mengharapkan tradisi yang telah diturunkan para leluhur dapat terus dijalankan oleh penerus generasi yang akan menggantikan posisi menjadi orang tua.

“Pastinya para pemuda bisa melakukan apa yang para orang tua lakukan, karena ini semua bukan sebuah keburukan melainkan hal yang baik, jadi kalau bukan pemuda siapa lagi yang akan menjalankan seperti apa yang dilakoni para orang tua saat ini,” harapnya.

 

Reporter : Aris Mustofa

Editor     : Imam Makhsum

Redaksi WARTA
Redaksi WARTAhttp://www.wartaiainpontianak.com
wartaiainpontianak.com merupakan media daring (online) yang dikelola oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM ) WARTA, yang merupakan salah satu bentuk Unit Kegiatan Mahasiswa di lingkungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Alamat redaksi wartaiainpontianak.com berada di Jalan Letnan Jenderal Soeprapto No. 19, Kelurahan Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat atau komplek kampus IAIN Pontianak Gedung Sport Center Bagian Barat. Iklan dan redaksi E-mail: lpmwarta1@gmail.com
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments