Sumber Foto : Jurnalis LPM Warta
wartaiainpontianak.com- Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Warta IAIN Pontianak mengadakan Riang Gembira (RIMBA) Demokrasi di Kantor Gemawan pada Minggu, 3 Maret 2024.
Di acara ini, LPM Warta mengundang Pasangan Calon Ketua dan Wakil Ketua Dema IAIN Pontianak (PASLON) 01 dan 02, panelis, Tim Sukses (TIMSES), serta para Organisasi mahasiswa (ORMAWA) lainnya untuk ikut serta memeriahkan acara tersebut.
Kegiatan dimulai dengan segmen bertema “Demokrasi” di mana para panelis mengajukan pertanyaan kepada kedua paslon mengenai demokrasi kampus. Namun, kedua paslon ini tampak kurang memahami konsep demokrasi secara menyeluruh.
Adinda, sebagai panelis, mengkritik pemahaman paslon terkait demokrasi ia menyatakan bahwa secara umum, orang-orang telah memahami teori demokrasi sejak dari sekolah dasar hingga kuliah, dan menurutnya kedua paslon, baik 01 maupun 02, seharusnya memahami demokrasi dengan baik. Oleh karena itu, menurutnya, tidak perlu lagi membicarakan teori, melainkan fokus pada penerapan konsep yang sedang dibahas.
“Berkenaan dengan demokrasi, saya pikir kalau teori semuanya paham semua. Kita dari SD, SMP, SMA, bahkan kuliah sekarang juga paham berkenaan demokrasi, bahkan ketika saya pikir untuk paslon kedua-duanya ya 01 ataupun 02 paham betul demokrasi, jadi jangan lagi kita bicara teori gimana hari ini kita sama-sama untuk menerapkan apa yang lagi dibicarakan,” Ujar Dinda.
Kritikan dari Adinda kemudian disanggah oleh kedua paslon. Paslon 01 dan 02 turut menanggapi kritik tersebut dengan menyatakan pandangan mereka masing-masing terhadap demokrasi kampus.
Calon Ketua dari nomor urut 02 Faisal menjelaskan bahwa dia memberikan gambaran umum tetapi akan mempertimbangkan kasus-kasus spesifik di IAIN terutama terkait hak-hak mahasiswa yang belum terpenuhi. Menurutnya, gagasan mereka berasal dari mahasiswa, untuk mahasiswa, dan mencakup hak-hak mereka seperti hak berbicara.
“Saya memberikan gambaran secara umum, namun secara rinci, jika ada kasus-kasus di IAIN terutama terkait hak-hak mahasiswa yang belum terpenuhi, itu akan dibahas lebih lanjut. Intinya, gagasan kami adalah dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa, yang mencakup hak-hak mereka seperti hak berbicara,” Ungkap Faisal.
Menanggapi hal itu, Rizal Calon Wakil Ketua dari nomor urut 01 menekankan bahwa demokrasi melibatkan lebih dari satu komponen. Dia memberi contoh bahwa jika mahasiswa ingin memberikan argumentasi tetapi tidak ada ruang untuk berdiskusi, maka demokrasi tidak akan tercapai. Namun, apabila mahasiswa saling mendukung dan mendapatkan ruang untuk berdiskusi, maka demokrasi yang adil dan merata dapat terwujud.
“Kalau berbicara demokrasi bukan hanya berbicara tentang satu komponen saja, tentu banyak komponen-komponen pendukung agar demokrasi itu bisa terjadi terkhusus di kampus, nah saya kasi contoh jika mahasiswa ingin memberikan argumentasi ataupun segala macam tapi ruang untuk berdiskusinya itu tidak ada demokrasi tidak akan tercapai, tapi seandainya mahasiswa itu saling mensupport satu sama lainnya komponen-komponen yang ada di kampus itu memberikan ruang untuk mahasiswa memberikan argumentasi segala macam itu bisa terlaksana demokrasi yang adil dan merata,” Tambah Rizal.
Panelis lainnya, Nafisa turut menyanggah dan mengkritik terhadap apa yang telah disampaikan dari perwakilan masing-masing paslon.
Nafisa menanyakan kapan waktu yang tepat untuk mewujudkan konsep suara emas dalam demokrasi yang telah dibahas sebelumnya.
“Nantinya itu kapan gituloh, karena yang tadi disampaikan itu demokrasi untuk menggaret suara-suara emas kita, sedangkan suara emas itu kapan? Waktu pemilihan sekarang? Kemarin-kemarin ga ada suara emas? Jadi kalau misalnya anda sendiri bilang nanti, oh sudah jelas berarti kerjanya juga nanti aja gausah nyalon dulu,” Tutup Nafisa.
Penulis : Aulia
Penyunting : Tim Redaksi