wartaiainpontianak.com- Berdasarkan SK Rektor No.596 Tahun 2021 tentang program Pendidikan Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak atas Mahasiswa Baru (Maba) IAIN Potianak tahun 2021/2022 ‘diwajibkan’ untuk mengikuti pendidikan di Ma’had Al Jamiah. Terutama bagi mahasiswa yang kemampuan membaca Al-Qur’an atau mengajinya masih kurang.
Namun, fasilitas gedung yang tidak memadai akibat membludaknya mahasiswa yang tinggal di Ma’had Al-Jami’ah sehingga mereka ditempatkan di Gedung Fakultas Syariah (FASYA) sebanyak 5 kelas.
Dalam wawancara dengan Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syariah (FASYA) pada Minggu, (20/01/2022) mengatakan beberapa alasan santri ma’had yang ditempatkan di gedung FASYA salah satunya karena kapasitas ma’had yang tidak cukup.
“Terkait alasan mereka ditempatkan di gedung Syariah itu kemarin juga saya suruh teman-teman pengurus untuk menanyakan, emang salah satu alasan mereka ditempatkan di gedung Syariah sendiri pertame karne kapasitas ma’had yang tidak cukup. Kedua karne gedung ma’had dipakai mahasiswi ma’had yang cewek kemudian gedung syariah sekarang digunakan sebagai tempat tinggal yang santri cowok.” Ucap Muhammad Aditia Saputra.
Selaku DEMA FASYA, Adit mengatakan tidak setuju atas pemakaian Gedung Fasya untuk dijadikan tempat tinggal Ma’had. “Kami dari Dema Fakultas Syariah tidak setuju terkait dengan pemakian gedung syariah sebagai tempat tinggal untuk anak ma’had, karna telah kite ketahui bersama gedung Syariah itu sebagai tempat belajar dan mengajarnye Mahasiswa syariah’ bukan sebagai tempat tinggal untuk anak ma’had.” Ungkap Adit.
Tanggapan ketua Himpunan Mahasiswa Progam Studi (HMPS) Hukum Keluarga Islam (HKI) Syariah terkait pemakaian gedung FASYA untuk tempat tinggal anak Ma’had juga sama. Ia tidak menyetujui pemakaian gedung FASYA sebagai tempat tinggal santri Ma’had.
“Tanggapannya tidak setuju terkait gedung Fakultas Syariah yang dipakai anak ma’had, karena gedung fakultas Syariah itu tempat belajar dan mengajar bagi mahasiswa di Syariah itu sendir.” Tanggapan Dimas.
Dalam hal ini, Mudir Ma’had memberikan klarifikasi bahwa terkait pemakaian Gedung FASYA itu merupakan perintah pimpinan kampus. “Itu merupakan perintah pimpinan. Dulu ma’had putra-putri gabung sekarang sudah saatnya dipisah, maka sehubungan dengan program wajib Ma’had itu sudah disesuaikan kapasitasnya, dan itu sudah disepakati oleh semua pimpinan, itu pimpinan yang mengatur bukan Ma’had.”
Selain itu, beliau juga memberikan komentar terkait DEMA FASYA serta HMPS HKI yang tidak mengetahui soal perizinan itu. “Memang ini wilayah atasan bukan wilayahnya mahasiswa.” Tambah Usman.
Zainul, seorang mahasantri yang tinggal di Gedung FASYA mengatakan bahwa dirinya tak masalah terhadap fasilitas yang diberikan. “Fasilitas yang diberikan baik. Tergantung dari kami sendiri karena kami menerima dengan fasilitas yang serba ada. Kami paham perpindahan ke gedung untuk mahasantri putra ini mulai awal tahun ini. Kami kondisikan dengan fasilitas yang serba ada ini. “ Jelasnya.
Terkait pembayaran santri yang tinggal di Ma’had dan di gedung FASYA pun masih sama yaitu sebesar 625.000.
Reporter : Anisa Priyantini, Ayu Rahmawati, Rani Pratiwi Khoirunnisa
Editor : Tim Redaksi LPM warta
