wartaiainpontianak.com – Semester genap tahun ajaran 2017/2018 telah dimulai sejak awal Maret. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak kini aktif menjalankan perkuliahan. Namun di balik itu, kekecewaan beriring kebingungan masih melanda mahasiswa semester dua. Pasalnya, Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan kartu perpustakaan  belum juga sampai di tangan mahasiswa baru.
Menurut hasil Survei yang dilakukan Warta pada 10 hingga 19 Maret 2018, seluruh mahasiswa baru belum mendapatkan KTM dan kartu perpustakaan. Selama satu semester yang lalu, mahasiswa baru (maba) berkuliah tanpa memiliki kartu identitas konkrit bahwa mereka adalah mahasiswa IAIN Pontianak. Miris dan ironis.
Mahasiswa baru keberatan
Tidak jelasnya KTM dan kartu perpustakaan berdampak pada proses perkuliahan mahasiswa baru. Kebanyakan dari mereka merasa dipersulit dengan tidak adanya kedua kartu tersebut. Jumiati, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester dua mengaku kecewa. Karena sampai sekarang dia belum mendapatkan kedua kartu tersebut. Jumiati merasa diperumit karena ia sadar sebagai mahasiswa harus mengerjakan banyak tugas dari dosen.
“Ini kan tugas semakin numpuk , bukunya sih ada di perpus, cuman ketika maju presentasi di kelas itu kan kita disuruh bawa bukunya, jadi kita tidak bisa membawa karena tidak boleh meminjam jika kita tidak ada kartu perpus,” kata Jumiati, ditemui Warta di Perpustakaan, Selasa (13/3/2018).
Kekecewaan yang sama diakui oleh mahasiswa baru lainnya, Yeyen dan  Siti Mariyanti. Yeyen Rajasa Rahab, mahasiswa jurusan Muamalah itu mengatakan bahwa dia merasa sangat dipersulit dengan tidak adanya kartu perpustakaan. “Untuk apa kita ke perpustakaan jika tidak bisa meminjam buku, kan tugas-tugas kuliah itu selalu menyuruh kita untuk mencari referensi-referensi. Tapi perpustakaan IAIN sendiri tidak mengizinkan meminjam buku jika tidak ada KTM dan kartu perpustakaan,” tutur Yeyen dengan wajah tampak kecewa.
Sementara itu, Siti Mariyanti, mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah pun merasa dipersusah  dengan tidak adanya KTM dan kartu perpustakaan.  “Menyulitkan mahasiswa sini untuk minjam buku. Jadi kan susah gitu mau mengerjakan tugas, sebab jika mau meminjam di sini tidak ada kartu perpus,” tutur Siti saat ditemui bersama Yeyen di Perpustakaan, Selasa (13/3/2018).
Kecewa dan bingung
Dalam hal ini, Yeyen menegaskan kekecewaannya dengan menyalahkan pihak kampus dan juga pihak perpustakaan. “Sedangkan kami sudah terdaftar menjadi mahasiswa IAIN Pontianak. Munurut saya ini sebuah kesalahan dari pihak kampus ataupun pihak perpusatakaan, bukan kesalahan dari kami sendiri,”kata Yeyen dengan raut wajah kesal.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula, derita mahasiswa baru tidak sekadar tak punya KTM dan kartu perpustakaan. Ketidakjelasan penyebab KTM dan kartu perpustakaan yang sampai saat ini yang tak kunjung selesai, membuat mahasiswa baru menderita kebingungan.
Jumiati mengatakan dirinya tidak tahu penyebab mengapa KTM dan kartu perpustakaan belum sampai kepadanya. “Yang saye pahami di luar sana (kampus lain) ketika masuk universitasnya langsung mendapat KTM, tapi kita sudah satu semester belum juga mendapat. Kami pun bingung untuk bertanya kepada siapa, kami mau bertanya pun bingung. Nanya same kawan jawabnya ya belom, belom, belom,” kata Jumiati sedikit bercerita.
Biangkeroknya dana, bahan dan mesin
Menjawab kekecewaan mahasiswa, Kepala Perpustakaan IAIN Pontianak, Slamet Widodo, S.Ag, S.IPI, MI.Kom mengatakan bahwa saat ini kartu perpustakaan mengalami keterlambatan cetak. “Pencetakan kartu perpustakaan dikendalai karena bahan kartu belum sampai. Sekarang sudah bulan Maret dan bahan itu belum juga sampai, dan kita belum bisa nyetak,” kata Slamet Widodo kepada Warta di ruangannya, Senin (12/3/2018).
Slamet menambahkan bahwa pihaknya telah mengajukan bahan sejak  September tahun ajaran 2017-2018. Namun  dari pengajuan tersebut pihak perpustakaan belum menerima semuanya. “Tapi ada sebagian bahan yang sudah sampai, dan sudah kita cetak. Namun sebagian besar belum. Jadi itu kendalanya, bukan karena tidak dikerjakan, bukan malas, atau karena petugas abai, tapi terkedala bahan,” kata Slamet Widodo.
Terkait masalah KTM dan kartu perpustakaan mahasiswa baru yang tak kunjung sampai ke tangan mahasiswa, Kabag Akademik dan Kemahasiswaan, Suyati, S.Pd I angkat bicara. Suyati mengungkapkan bahwa keterlambatan pencetakan disebabkan proses desain kartu yang cenderung lama, Â kendala dana dan kerusakan mesin pencetak.
“Kita pengadaan barang mesin pembuatannya itu kan  diadakan di akhir tahun 2017, setelah datang barang itu baru kita coba, sampai banyak sudah yang jadi, ternyata ada bagian mesin dol, pecah dan sampai tidak bisa digunakan lagi. Tapi kita usahakan untuk tetap bisa digunakan,” ungkap Suyati saat ditemui di Biro AUAK.
Selain itu, keterlambatan tersebut disebabkan oleh dana Dipa yang belum bisa dicairkan di awal tahun serta bahan kartu yang diajukan pihak perpus terbilang cukup mahal.
“Kartunya itu memang mahal sekali, satu kotak itu 250 , jadi Rp 25.000 satu kartu itu kan, akhirnya kita ngobrol dengan pihak perpustakaan,” kata Suyati.
Suyati menjelaskan, terkait barang-barang yang belum dipenuhi oleh Bagian Umum itu dikarenakan Dipa belum bisa dicairkan di awal tahun. “Awal tahun (Dipa) belum bisa dicairkan, dana belanja dan sebagainya belum bisa dicairkan,” kata Suyati.
“Karena kita (lembaga) jika tidak ada dana itu belum dibuka, Dipanya belum dibuka kita tidak bisa ngapa-ngapa, tetapi jika sudah oke Dipanya, tidak ada perubahan, tidak ada apa, boleh kita mengajukan barang, barulah dipenuhi oleh Bagian Umum,” katanya.
Kartu multifungsi
Menurut hasil kesepakatan antara Kabag Akademik dan pihak perpustakaan bahwa mulai tahun ini mahasiswa akan diberikan KTM yang sekaligus menjadi kartu perpustakaan. “Sudah mulai dicetak kartu itu, dan bahkan ada sebagian sudah jadi,” kata Suyati.
Menurut Suyati dengan sistem KTM sekaligus kartu perpustakaan ini dapat menghemat anggaran. “Jadi tidak terlalu banyak lembaga mengeluarkan dana, di sini bikin kartu di perpustakaan bikin kartu juga. Jadi kalo sudah kayak gini kan satu saja,” Suyati berujar.
Hasil kesepakatan tersebut dibenarkan oleh Kepala Perpustakaan IAIN Pontianak, Slamet Widodo. Beliau mengkonfirmasi bahwa benar setelah mengadakan pertemuan dengan Akademik muncullah kesepakatan jika kartu perpustakaan adalah KTM juga. “Supaya mengefesienkan biaya dan tidak terlalu lama dari segi waktu kita ingin membat kartu tanda mahasiswa sekaligus kartu perpustakaan,” tutur Slamet Widodo.
Slamet menambahkan bahwa barcode yang akan dipakai pada kartu perpustakaan dapat dipakai untuk data di akademik dan perpustakaan. “Jadi nanti barcodenya ini konek dengan perpustakaan,” Suyati menimpali.
Slamet berharap kartu perpus tahun akademik tahun 2018-2019  tidak terjadi lagi kendala semacam ini. “Kartu mahasiswa diharapkan dapat cepat selesai, sehingga kartu perpusatakaan pun tidak ada kendala,” kata Slamet.
Hanya saja, kata Suyati, untuk memproses KTM tersebut, akademik perlu waktu yang panjang. Suyati menargetkan pencetatkan kartu tersebut rampung bulan Maret ini. “Maunya bulai ini selesai. Ini masih proses terus ni. Nanti sistemnya yang sudah mungkin akan kita bagikan dulu atau bagaimana, yang belum sambil menyusul begitu,” kata Suyati, menguraikan.
Kartu perpustakaan sementara
Sembari menunggu kartu KTM sekaligus kartu perpustakaan yang tak kunjung rampung, pihak perpustakaan menyediakan layanan berupa kartu sementara bagi mahasiswa baru. “Jadi untuk mahasiswa baru, tetap boleh minjam buku dengan kartu perpus sementara,” kata Slamet Widodo.
Meski sudah mulai diterapkan beberapa minggu lalu, ternyata masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui sistem kartu perpustakaan sementara. Dari hasil survei LPM Warta, hanya sebagian mahasiswa yang punya katu perpustakaan sementara. Masih ada separuh yang tidak kebagian kartu tersebut.
Jumiati mengaku bahwa dirinya sudah tahu informasi tentang  kartu sementara bagi mahasiswa baru. “Tapi saya belum pernah nyobe daftar, tapi baru-baru ini juga kan kartu sementara diterapkan,” Jumiati menuturkan.
Berbeda dengan Jumiati, Siti Mariyanti mengaku sudah mendapat kartu sementara. “Saya baru tadi dapat, saye mengisi formulir langsung di bawah (bagian keanggotaan), dan saye udah boleh minjam buku,” kata Siti Mariyanti.
Lain halnya dengan Yeyen Rajasa Rahab, dia mengaku belum mendapat kartu sementara. “Saye hanya daftar kartu perpustakaan pada masa PBAK awal semester lalu, tapi belum daftar kartu sementara,” kata Yeyen.
Staf Bagian Keanggotaan Perpustakaan, Farninda Aditya menjelaskan bahwa untuk mendapat kartu sementara mahasiswa harus mendaftar melalui formulir yang telah disediakan. “Nah untuk yang ngisi saya belum tahu  apakah semuanya udah menyerahkan saat masa PBAK atau belum,” kata Farninda saat ditemui di Perpustakaan, Senin (12/3/2018).
Ferninda menambahkan bahwa setelah melakukan pengecekan, ada beberapa mahasiswa yang belum terdata. “Kita sarankan untuk mengisi formulir lagi, setelah mereka mengisi formulir dengan lengkap kita langsung masukkan ke data, setelah itu mereka sudah dapat kartu perpustakaan sementara,” kata dia.
Staf Peminjaman Bahan Koleksi Perpustakaan, Supardi, mengatakan peraturan dan jangka waktu peminjaman bagi pengguna kartu sementara sama seperti pemakai kartu perpustakaan yang asli. “Begitu juga dengan hukuman, pihak perpustakaan menerapkan punisment yang sama. Dikenakan sanksi, keterlambatan pengembalian di bawah lima belas hari maka dikenakan selving /merapikan buku. Kalo di atas lima belas hari dikenakan menyumbang buku satu buah,” Supardi menjelaskan saat ditanya di ruang kerjanya, Perpustakaan lantai dua.
Kehadiran kartu sementara sedikit memberikan solusi kepada mahasiswa baru. Menurut Siti Mariyanti dengan kartu sementara dirinya sudah bisa meminjam buku di perpustakaan. “Malahan ini disuruh simpan sampai nanti dapat kartu perpustakaan seperti yang asli. Jangka waktu yang diberikan bagi peminjam sama dengan yang mempunyai kartu perpus asli. Hanya kartu nya saja beda,” ujar Siti Mariyanti.
Namun tidak semua mahasiswa bernasib seperti Siti Mariyanti. Jumiati misalnya, sampai sekarang ia masih menunggu kartu perpustakaan sementara. “Saya lebih sering minjam buku di Perpustakaan Daerah (Pusda), soalnya di sana pun membuat kartu keanggotannya sebentar, isi formulir satu hari sudah jadi jika sudah lengkap syaratnya. Kalo di sini kan kita tidak tahu, tapi kita sudah ngumpulin formulir semua kok,” tutur Jumiati membandingkan.
Senada dengan Jumiati. Yeyen Rajasa Rahab mengatakan tidak meminjam buku di Perputakaan kampus untuk sementara waktu. “Bukan maksud menjengkelkan kampus sendiri, saye rase di sini bukunya juga masih kurang dibanding Pusda. Sudah susah meminjam bukunya, dan bukunya belum memadai pula. Kalo udah bukunya tidak lengkap kenapa harus cara meminjamnya dipersulit pula,” kata Yeyen yang terlanjur kecewa.
Yeyen berharap kepada perpustakaan untuk jangan terlalu mempersulit mahasiswa meminjam buku. “Kita ni kan baru-baru, orang baru itu jangan dipersulit, jika masih begitu membuat kami patah semangat, kalo tidak boleh meminjam buku anggapannya tidak membolehkan kami untuk belajar dan itu membuat kami patah semangat,” harap Yeyen.
Sementara itu Siti Mariyanti juga mengaharapkan hal yang sama. Namun untuk kebaikan masing-masing mahasiswa, Siti menyarankan untuk cepat mengurus kartu tersebut. “Kesadaran diri masing-masing aja sih, kalo misalkan belum dapat ya ditanyalah sama pengurus di sini,” kata Siti Mariyanti menimpali.
Reporter : Imam Maksum
Editor : Sulistyo