Wartaiainpontianak.com – Pertama kali aku memandang dunia dengan kedua bola mataku aku merasakan bahwa dunia adalah tempat yang aman, tentram dan damai bagi masa kecilku. 20 tahun berjalan proses kehidupanku didunia ini, aku semakin merasakan ada yang janggal daripada apa yang aku pikirkan saat itu dan apa yang dunia tunjukan secara nyata saat ini. Huru-hara dimana-mana, jatuh-menjatuhkan seakan-akan sudah menjadi pertandingan yang tidak asing lagi untuk di pertontonkan.
Hal yang seharusnya tidak layak untuk dilakukan oleh manusia sebagaimana seperti yang di contohkan Nabi Muhammad SAW sekarang sudah menjadi sebuah kebiasaan yang menjadi konten yang wajib untuk diperlihatkan baik itu dari kalangan muda maupun kalangan tua. Kata persatuan hanyalah sebagai jargon kosong untuk menutupi praktek permusuhan yang terjadi dibelakangnya, hal yang sebenarnya tidak lazim akan tetapi harus dilazim-lazimkan tanpa tau akan konsekuensi yang didapatkan dari apa yang telah dilakukan.
Pertanyaan selalu bermunculan di dalam benak manusia, mengapa semua bisa seperti ini, ya memang semua juga tidak bisa menyimpulkan mengapa semua ini bisa seperti ini. Akan tetapi apa yang aku rasakan dan apa yang dirasakan oleh orang yang sama dengan perasaanku terasa ingin menangis dan ingin mengatakan bahwa aku ingin segera melewati proses-proses seperti ini, karena kehidupan yang samacam ini seakan-akan sudah tidak bisa menghargai manusia sebagai manusia. realitas kehidupan hanyalah sebagai formalitas untuk mengisi perut dan memperpanjang napas agar bisa semakin lama dalam bertahan hidup, sepertinya semua terlihat baik-baik saja, akan tetapi ternyata dibalik kehidupan dunia yang nyata ada dunia maya yang menjadi dalang daripada kehancuran persatuan yang semula erat menjadi rapuh dan berkarat. Tidak semua manusia mengetahui apa yang terjadi di dunia maya, akan tetapi dunia maya mengetahui banyak hal tentang manusia yang bahkan manusia sendiri tidak menyadarinya.
Melewati banyak pola kehidupan yang sudah terasa aneh, ternyata dunia sudah beberapa kali memberi pesan dan teguran melalui berbagai macam jenis persoalan-persoalan yang sudah menimpa kehidupan manusia didunia ini. Mulai dari bencana alam, krisis sosial, krisis ekonomi dan masih banyak lagi yang masalah-masalah yang sudah dunia tunjukkan kepada manusia bahwa itualah sebuah pesan dan teguran yang telah dia sampaikan. Tetapi banyak persepsi yang menyimpulkan daripada pesan dan teguran yang dunia berikan hanyalah sebuah hal yang biasa terjadi dan mungkin kedepannya tidak akan terjadi lagi (persepsi itu berkata).
Aku yakin kalau lah bumi ini sesosok manusia yang dulunya gagah, tinggi, sehat, dan segar. Mungkin bisa dikatakan sosok penampakan bumi sekarang bahkan kebalikan dari fisik awalnya dulu dengan penuh bercak-bercak, badan mengurus, wajah pucat, tambalan luka sudah menghujani tubuhnya. Nahh seperti itulah gambaran bumi jika di umpamakan sebagai sosok manusia.
Manusia bukan tidak sadar akan hal ini hanya saja manusia masih belum mampu mengalahkan sikap keserakahan dan ketamakan yang ada pada diri manusia, walaupun sebagian manusia lainnya masih ada yang memiliki hati nurani akan kepedulian nya dengan dunia ini, tetapi tetap saja selalu kalah daripada kelompok massa orang-orang yang selalu ingin mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau tau apapun yang akan terjadi pada dunia terhadap prilaku yang sudah mereka lakukan.
Masuk tahun 2020.
Umat manusia setelah melalui banyak permasalahan baik itu dari konflik politik, bencana alam, krisis kemanusiaan di berbagai belahan dunia dan permasalahan-permahasalahan lainnya yang belum terselesaikan sampai saat ini. Di lain semua itu, Wuhan yang terletak di provinsi Hubei, Tiongkong (China) belakangan ini menjadi kota yang cukup diperbincangan diberbagai belahan dunia, pasalnya Wuhan telah menjadi penyebab utama munculnya serangan COVID 19 yang akhir-akhir ini sangat di khawatirkan oleh masyarakat dunia.
COVID 19 yang booming di telinga masyarakat dengan sebutan Corona ini adalah suatu virus yang katanya disebabkan dari Hewan kelelawar, hewan ini di pasar tradisional Wuhan di perjualbelikan secara bebas untuk dijadikan makanan dengan bebagai macam variasi hidangannya. Corona Virus Disease 19 ( Covid 19) sudah memakan ribuan nyawa manusia di belahan dunia ini. Mengutip dari halaman web PemikirianRakyat.com data terbaru tanggal 8 mei 2020 ini menyebutkan bahwa angka kematian terbanyak masih di duduki oleh Amerika Serikat dengan jumlahnya sudah tembus sampai 76.868 orang, di posisi kedua ada Spanyol dengan angka kematian 26.070 orang, di posisi ketiga ada itali dengan angka kematian 30.615 orang, belum lagi inggris, Rusia, China, Turki, dan ratusan Negara lainnya termasuk Indonesia jika di kulkulasi kan dari ratusan Negara yang sudah terpapar COVID 19 ada 270.312 orang yang sudah meninggal akibat daripada serangan virus yang sangat mematikan ini.
Melihat hal ini aku sedikit menyadari bahwa tragedi tanpa ada pertumpahan darah itu bisa jauh lebih mematikan daripada tragedi dengan adanya langsung pertumpahan darah yang terjadi di tempat,, tidak ada yang bisa berkata-kata, bahkan saling memberikan belasungkawa pun sudah tidak ter-enyah lagi, dunia seakan bisu dalam melihat semua ini, negara-negara Adidaya tidak berkutik bahkan menjadi sasaran empuk daripada serangan virus ini. Mayat bergelempangan dijalan-jalanan, seperti hewan mati dalam kelaparan, tidak sanggup untuk dikuburkan, jalan keluar yang diambil ialah membuat kubangan besar serta mayat sudah terlihat seperti sampah dibuang dalam kubangan itu dengan menggunakan dumptruck. Keluarga yang ditinggalkan hanya bisa menangis melihat orang-orang tercinta dikuburkan dengan secara tidak hormat, akan tetapi keluarga dan masyarkat dunia tetap berduyun-duyun mengirimkan doa agar kematian mereka bisa ditempatkan dalam tempat yang layak disisi tuhan yang esa.
Lantas siapa yang harus di salahkan mengenai tragedi yang menghabiskan ratusan ribu nyawa dalam waktu kurang lebih dari 4 bulan terakhir ini. Apakah China yang patut kita salahkan, atau negara selain China dengan alasan tetap membiarkan akses transportasi dari negara yang terpapar tetap bisa masuk ke negara lain yang belum terpapar. Akhirnya banyak yang saling menyalahkan sehingga timbullah beberapa teori konspirasi mengenai ini, ada yang menyebutkan virus ini adalah senjata biologi yang sengaja di uji coba oleh China, ada juga yang menyebutkan virus ini sengaja dilakukan oleh yahudi melalui tanaman-tanaman yang disuntikkan dengan cairan yang mengandung virus Covid 19, ada juga yang mengatakan bahwa virus ini memang sengaja disebarkan oleh bangsa jin dan lain sebagainya. Menurutku Tidak ada yang salah dari spekulasi-spekulasi yang bermunculan seperti itu, karena memang setiap manusia memiliki sistem kajiannya yang berbeda-beda dengan sumber-sumber yang terpercaya menurut sebagian kelompok-kelompok yang ada didunia. Tetapi perlu kita semua ketahui bahwa dalam situasi seperti ini cukuplah kita untuk saling menjatuhkan sesama saudara dan cukuplah kita untuk saling menyerang, kita sebagai masyarakat Indonesia yang sudah ditanamkan nilai-nilai kepercayaan kepada tuhan dari 6 Agama yang diakui, mari kita gantung masalah ini cukup dengan tuhan kita masing-masing, akan tetapi usaha dalam pencegahan tetap harus dilakukan dengan usaha semampu kita dan jangan terlalu melebih-lebihkan cara dalam pencegahannya sehingga bisa membuat masalah baru dalam kehidupan sosial yang berskala besar.
Dan yang pasti mari kita sama-sama mengkoreksi diri sebagai umat manusia yang penuh dengan segala dosa yang kita lakukan, baik itu dosa kecil maupun besar. Mari kita selalu berpikir bijak dalam melakukan sesuatu hal, apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat semua bisa kita akses dan hal yang tidak mustahil dilakukan pun bisa terlihat sangat mustahil untuk dilakukan. Maka dari itu mari kita sama-sama menjaga perasaan tuhan dan menjaga alam untuk menjaga perasaan dunia yang sudah hampir muak dengan kehidupan manusia yang semakin hari semakin tidak menempatkan dirinya sebagai manusia.
Penulis : Rahmat Hidayah.
Editor : Syarifah Desy Safitri.