Siti Nurmaulina adalah mahasiwi IAIN Pontianak Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Islam semester 1 kelas D. Siti berasal dari Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah. Siti adalah salah satu santriwati di Ma’had Al-Jamia’ah. Paras cantiknya dengan kulit kuning langsat dan mata yang indah membuat dirinya menjadi mahasiswi pada umumnya. Ditambah lagi ada tahi lalat di dekat dagu dan hidung yang mancung membuat Siti tampak manis. Tutur kata yang santun dan penuh kehangatan membuat sekelilingnya menyadari bahwa tidak ada keterbatasan dalam dirinya.
Siti dilahirkan secara prematur dengan kondisi yang disabilitas. Ayah siti meninggal sedari Siti berusia 4 tahun. Siti adalah anak bungsu dari 7 bersaudara dan semua saudaranya sudah berkeluarga. Dengan background anak petani yang sudah almarhum dan ibu hanya ibu rumah tangga, tidak membuat Siti merasa dirinya tidak beruntung. Siti selalu bersyukur dengan keadaan dirinya saat ini. Selama ini, yang membantu keseharian untuk perkuliahan situ adalah abang dan kakaknya yang patungan untuk membiayakan kebutuhan perkuliahan Siti. Sementara untuk keseharian, ibunya menjual makanan atau jajanan yaitu dokok-dokok yang dijual ke Pasar.
Menjadi salah mahasiswi yang lulus lewat jalur undangan membuatnya tak kalah hebat dengan mahasiswi lain karena dalam dirinya terdapat motivasi besar. Siti memdapat jalur undangan dari salah satu bapak Wakapolres Mempawah karena Siti bertemu dengan beliau ini dalam komunitas Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia untuk Kabupaten Mempawah. Ketua dari Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia untuk Kabupaten Mempawah adalah Bang Eko. Organisasi ini baru dibentuk tahun 2019 dan sempat vakum 10 tahun karena tidak ada yang mengurus. Bentuk kegiatan di komunitas ini adalah membantu penyaluran kursus yang diinginkan para penyandang disabilitas.
Dari awal pendaftaran, hingga masuk kuliah beliau lah yang mengurus semua persyaratan perkuliahan Siti. Waktu itu, Siti hanya tinggal kuliah saja. Motivasi besar dalam diri Siti adalah cita-citanya yang ingin menjadi dosen karena dirinya gemar mengajar orang. Siti ini sebenarnya lulusan tahun lalu, hanya saja dirinya menunda perkuliahan karena dirinya ingin meyakinkan orang tuanya bahwa dirinya mampu menjadi anak kuliahan yang normal.
Jika dilihat dari keseluruhan tubuh, Siti memang sempurna. Tetapi orang sekitarnya akan mengarah pada kakinya, maka barulah disadari bahwa Siti adalah mahasiswi disabilitas. Kaki Siti ini terlihat bengkok dan dirinya sulit untuk berjalan. Tetapi untuk melakukan kegiatan pada umumnya, Siti tetap mampu melakukan sendiri. Hanya saja, ketika dia berjalan cukup jauh maka Siti merasa tidak mampu. Memang selama berkuliah ini, tidak ada yang mengejeknya. Tetapi orang akan melihat aneh pada dirinya dan itu tidak mematahkan semangat Siti. Ketika melihat kondisi Siti yang sekarang, pasti ada beberapa yang merasa kasihan ataupun iba. Namun, Siti tidak pernah menyusahkan orang lain. Hanya saja, memang Siti akan selalu dibantu oleh teman nya dengan memegang tangan Siti untuk mempermudah Siti berjalan.
Dibalik kekurangan yang dimiliki Siti, maka ketika kita berbicara tentang kepercayaan diri maka sedari Sekolah Dasar pun kepercayaan diri sudah terlihat. Seperti anak SD pada umumnya, ketika ada yang aneh makan diejek dan sejak kelas 1 SD Siti tidak pernah menangis saat diejek. Orang tua tidak pernah menguatkannya, karena ada kekuatan tersendiri yang melekat dalam diri Siti. Namun beruntungnya, Siti dirawat oleh ibu yang luar biasa sabar. Selama usia Siti sekarang, ibunya tidak pernah mengeluh saat menyuruh Siti dan jarang sekali marah ketika Siti harus meminta tolong kepada ibunya saat Siti tidak mampu menggapai sesuatu tersebut. Bukan hanya ibunya yang luar biasa, tetapi saudara Siti juga selalu menjadu penyemangat Siti. Saat menceritakan rentang ibunya, maka air mata Siti mulai berkaca-kaca dan sesekali meneteskan air mata. Mulai kelas 4 hingga kelas 6 SD, teman teman Siti sudah mulai memahami kondisi Siti.
Beranjak ke Mts, maka sudah tidak ada lagi yang mengejek Siti dan Siti terus memperlihatkan prestasinya lewat prestasi akademik yang selalu mendapatkan peringkat 10 besar dengan penghargaan yang berupa beasiswa. Kembali lagi beranjak pada masa SMA Siti tetap mendapatkan beasiswa dari prestasi akademiknya dan Siti mulai terus mengembangkan bakat dalam dirinya dengan mengajari anak tetangga dan mengikuti sebuah komunitas untuk mengasah kemampuannya. Ternyata, Siti ini gemar menulis. Setiap waktu dan jika ada sebuah kejadian yang dianggapnya menarik, maka Siti akan mencatatnya dalm buku atau langsung diketiknya. Sungguh, luar biasa wanita usia 20 tahun ini !
Saat ditanyakan tentang kegelisahan dalam dirinya bahwa Allah tidak adil karena kondisi fisiknya, maka tidak pernah terbesit dalam hatinya Siti untuk mengeluh. Tidak pernah Siti melontarkan doa tentang pengeluhan atas dirinya yang disabilitas bahkan Siti ini melakukan semua kegiatan pada umumnya. Seperti mencuci, jemur pakaian, bersila, naik motor. Namun hanya saja, ketika olahraga kaki, maka Siti tidak mampu melakukan itu. Terlebih lagi, ketika Siti ditanya perihal kunci percaya diri yang sangat luar biasa yang dimilikinya maka Siti tidak tau apa kuncinya. Siti pahami bahwa ada kelebihan dalam dirinya dan Allah akan selalu adil pada semua HambaNya. “Kak, siti memang disabilitas. Tapi siti ada kelebihan. Mampu menggerakkan kaki dan memanfaatkan kaki untuk hal yang positif itu termasuk kelebihan siti. Siti masih punya tangan, otak yang mempu berfikir dan organ lain yang alhamdulillah berfungsi dengan baik itu merupakan kelebihan Siti.”
Terakhir, pesan Siti kepada teman teman yang disabilitas adalah “Selalu bersyukur dan percaya diri terhadap kelebihan yang ada dalam diri. Dan untuk teman teman yang tidak disabilitas tapi sering mengeluh karena kekurangan ” teman teman harus bersyukur dengan apa yang dimiliki. Bentuk bersyukurnya adalah melihat ke bawah dan terus yakin bahwa ada kelebihan luar biasa yang ada dalam diri dan jangan takut untuk mengembangkan diri. ” Setelah panjang lebar Siti bercerita, maka Siti kembali menangis dan meluapkan air matanya yang menetes jauh lebih banyak hingga air matanya membasahi jilbab yang dikenakannya.
Penulis: Feby Kartikasari
Editor: Syarifah Desy