Selasa, Desember 10, 2024

JELITA

Sumber Foto : pixabay.com

 

Aku jelita dengan hidungku yang tak mancung, aku Jelita dengan mata yang tak sama besarnya, aku Jelita dengan bibirku yang sedikit sumbing, aku Jelita dengan alis berantakan, aku Jelita dengan wajah yang berminyak dan jerawat batu daerah pipiku, Sungguh aku Jelita yang bertubuh pendek dan gempal. Aku tersiksa dengan keadaan fisik begitu buruk, sedangkan keenam saudaraku sungguh Jelita yang sesungguhnya.

Ibuku adalah seorang Wanita berdarah pribumi dan kolonel Belanda. Rupanya rupawan nan elok dilihat, rambutnya juga pirang, berhidung runcing, dan bermata coklat cerah. Ia memiliki tujuh anak hasil simpanan para kapten tentara Belanda. Ya, dia adalah Wanita kesayangan pemilik rumah Bordil itu. Tak ada yang berani menentangnya sekalipun ia tak ingin menggugurkan kandungan.

Anehnya aku adalah Anak yang sangat berbeda dari keenam saudaraku, batinku bertanya “apa ayahku adalah kapten perang yang jelek hingga aku berbeda dari saudaraku?”. Tapi syukurlah aku memiliki saudara yang peduli padaku, mereka tidak ingin aku dikucili saat keluar rumah, hingga semua yang kumakan adalah hasil dari pekerjaan biadab mereka dirumah Bordil itu. Sesekali mereka membawa lelaki jalangnya kerumah walau harus aku yang mencuci seprai dan membersihkan ruang tamu setelah mereka pergi.

Kadang aku bertanya pada salah satu saudaraku, “bagaimana rasanya jadi gadis cantik yang digemari oleh banyak tantara Belanda?” tapi mereka bukan menjawab, mereka malah tersenyum miring lalu berkata “kau urus saja rumah ini, biar kami yang mencarikanmu makan” lalu pergi seraya merapikan letak perhiasan-perhiasan baru yang mereka dapatkan. Sejujurnya aku juga ingin mengenakan pernak Pernik seperti milik mereka lalu berjalan keluar memamerkan wajah cantik, tapi lagi-lagi aku tak seberuntung mereka.

Aku juga pernah diludahi saat berjalan keluar rumah hanya untuk membeli ikan dipasar Bersama saudara nomer dua. Walau semua barang belanjaan aku yang membawanya saudaraku tetap tidak terima dan memarahi orang itu. Sesampai di rumah ia dimarahi Ibu karena tidak seharusnya wanita rumah Bordil memiliki tempramen buruk didepan umum. Ibu hanya takut ia dilihat oleh tantara Belanda ketika marah seperti itu, “bagaimana jika madam rumah sialan itu marah karna tempramen burukmu?!”. Semenjak saat itu aku dilarang keluar rumah oleh ibu, walau hanya sekedar membuka pintu.

Hidupku di rumah ini hanya mebersihkan rumah, bahkan aku yakin tak ada debu sedikit pun disela terkecil ruangan. Mereka hanya datang untuk makan, mandi dan berganti pakaian. Sedangkan aku hanya menggigit bibir bawahku melihat sosok rupawan berlalu lalang. Ibuku yang telah berumur 42 tahun- pun terlihat seperti Wanita berumur 28 tahun, ia tidak pernah sepi job.

Malam ini aku Kembali menangis dijendela rumah terbuka, hanya suara jangkrik yang menjadi teman bicaraku saat ini. Disunyi malam ada seseorang yang mengetuk pintu dengan keras, ketukannya cepat dan terdengar suara rintihan minta tolong. Aku tak berani membuka karna takut ibuku marah jika tahu, tapi suaranya sangat memprihatinkan. Aku hanya mondar-mandir dibalik pintu, ragu untuk membuka atau tidak. Perlahan aku mendekati pintu dan membukanya.

Terlihat seorang laki-laki dengan bercak darah dibeberapa bagian tubuhnya, dia kedingingan dan merintih untuk memasukannya kerumah. Ternyata ia seorang bangsawan Belanda yang kabur dari ayahnya. Rupanya sangat tampan dan berkulit putih bersih, aku takut membersihkan lukanya tapi ia mengatakan tak apa. Ini untuk Pertama kalinya dalam hidupku ada seorang lelaki tampan menerima bantuanku. “kenapa aku tak pernah melihat Wanita secantik dirimu, apakah kau tak tahu aku mencari Wanita seperti dirimu.” Tanyanya dengan mata binar, aku sontak terdiam dan tanpa sadar mengucapkan kata “aku, cantik?,”.

Tanpa ragu ia mengulur tangannya dan berkata “ya, kau sangat cantik dibanding semua Wanita yang ayahku tawarkan dirumah Bordil itu, kau sangat cantik dengan pakaian sederhanamu, kau sangat cantik dengan ucapan halusmu, dan kau sangat cantik dengan wajah lembutmu” aku tertegun mendengar ucapan dari pria berdarah bangsawan ini, dan tanpa sadar ternyata aku telah meneteskan air mata mendengar ucapannya

Ibuku marah saat tau aku memasukan anak bangsawan kolonel Belanda. Ibuku bukan tidak sayang denganku tapi ia takut jika aku hanya diperalat oleh mereka melalui anaknya. Tapi dengan ketulusan hati pria itu, ia selalu mendatangi rumahku ditengah malam agar tidak ketahuan oleh Ibu atau orang lain. Meski begitu ibu tahu bahwa pria itu sering mendatangiku.

Saat itu malam telah larut. Pria itu mendatangiku dan ternyata Ibu sengaja kabur dari rumah Bordil untuk pulang kerumah. Ibu melihat ketulusan dari mata pria itu saat berbicara dan saat merapikan anak rambut milik anaknya itu. Ibu tak sadar bahwa ia meneteskan air mata melihat anaknya yang selalu menjadi cemooh orang sedang menjalin asmara Bersama pria tampan anak bangsawan kolonel Belanda

Hari sudah tidak begitu suram bagi Jelita yang sedang menjalin kasih, begitupun sebaliknya. Pria itu melihat diriku dari sudut pandang yang berbeda. Hingga pada hari yang tak terduga. Berita Nippon sudah mulai memasuki wilayah kami membuat kolonel gelisah begitupun pria yang selalu jadi pujaan hatiku, ia selalu berkata tak mau meninggalkan diriku. Tapi aku sadar bahwa kehadiranku tidak akan diterima oleh keluarga pujaan hatiku ini.

Sampai suatu ketika aku tersentak saat membukakan pintu untuk kekasih hati yang sedang menangis lalu memeluk dengan kuat, “wahai kekasihku, aku sudah tidak memiliki siapapun disini. Keluargaku pulang untuk menghindari serangan Nippon, sedangkan aku kabur dari mereka agar tetap bersamamu”. Aku yang mendengarnya terdiam dan hanya membalas pelukan dengan erat. Aku tahu ini tidak akan baik-baik saja, rasa takut dan Bahagia memenuhi diri ini. Aku bahagia karna tau ternyata pria yang ada dihadapanku begitu tulus mencintai Wanita buruk rupa seperti diriku.

Dan rasa takut itu mulai menghantuiku dan keluarga. Aku mendengar kabar dari Ibu bahwa Nippon sangat kejam memperlakukan Wanita dirumah Bordil, mereka bahkan tega memenggal kepala Kolonel yang tersisa di wilayah tersebut depan mata mereka. Ibu dan saudaraku pun khawatir akan keberadaan kekasihku yang berdarah Belanda murni. Saat itu, di siang yang terik terdengar suara gedoran pintu dan seisi rumah seakan tau siapa dan kenapa mereka mendatangi rumah ini.

Semua orang yang berada dirumah diikat dan dibawa kedepan rumah. Tak peduli sekeras apapun usaha pria itu bersembunyi tetaplah ketahuan. kekasihku diseret dari ruangan bawah tanah hingga kedepan rumah, bajunya telah sobek disana sini akibat gesekan papan rumah. Para tantara Nippon berbicara menggunakan Bahasa yang tidak dimengerti orang pribumi. Mereka membuka semua helai kain yang ada ditubuh kekasihku itu. Dengan tertawa Bahagia bahkan mereka sempat memotong telinga kanan miliknya dan dilemparkan kedepan wajahku, mereka lagi-lagi tertawa dengan bangga. Aku bahkan masih mengingat bagaimana darah yang muncrat dari telinga itu.

Mereka tau bahwa aku adalah dalang dibalik semua ini, hingga aku pun mereka seret kedepan pujaan hatiku yang telah dipenuhi darah namun masih tetap dapat tersenyum melihat gadis cantik yang dulu ia temui. “Julita, percayalah kau adalah Wanita yang selalu menjadi pujaanku, banggalah dengan kecantikanmu itu. karna kau saat ini adalah Wanita tercantik diantara para jalan rumah Bordil itu” ujarnya dengan suara lirih. Belum sempat ia mengucapkan perpisahan, tantara Nippon itu langsung memenggal kepala pria yang sangat aku cintai dihadapan mataku sendiri “AAAAA!!!”.

Aku masih mengingat bagaimana kepala itu terjatuh ketanah dengan mata yang terbuka dan bibir yang tersenyum.

 

Penulis : Indah A.

Redaksi WARTA
Redaksi WARTAhttp://www.wartaiainpontianak.com
wartaiainpontianak.com merupakan media daring (online) yang dikelola oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM ) WARTA, yang merupakan salah satu bentuk Unit Kegiatan Mahasiswa di lingkungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Alamat redaksi wartaiainpontianak.com berada di Jalan Letnan Jenderal Soeprapto No. 19, Kelurahan Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat atau komplek kampus IAIN Pontianak Gedung Sport Center Bagian Barat. Iklan dan redaksi E-mail: lpmwarta1@gmail.com
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments