wartaiainpontianak.com – Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak yang selanjutnya disebut institut adalah Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di bawah Kementerian Agama berdiri pada 16 Agustus 2013 M bertepatan dengan  28 Ramadhan1434 H. Berubah bentuk menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponianak berdasarkan keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1997.
Sebelumnya adalah Fakultas Tarbiyah cabang IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dinegerikan dengan Surat Keputusan Menteri Agama No. 26 Tahun 1969 sebagai kelanjutan dari Fakultas Tarbiyah yang didirika oleh Yayasan Sadar pada 5 Juli 1965 yang dijadikan dasar Dies Natalis Institut.
Berikutnya pada tahun 1997 berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta di Pontianak berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pontianak. Lalu jadilah Fakultas Tarbiyah sebagai Jurusan Tarbiyah STAIN Pontianak yang memiliki program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA). STAIN Pontianak beralih status menjadi IAIN Pontianak melalui keputusan Presiden RI Nomor 53 Tahun 2013.
Dengan perubahan status dari sekolah tinggi menjadi institut maka jurusan Tarbiyah menjadi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Dengan empat jurusan yakni jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), dan jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Atfhal (PGRA). Adapun dasar hukum penamaan FTIK IAIN Pontianak berdasarkan kepada Peraturan Menteri Agama (PMA) RI Nomor 94 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja (Ortaker) dikutip dari Majalah Profil Company IAIN Tahun 2015.
Tahun 2010 Sejarah gedung MA Syahid Hidayatullah yang dulu digunakan sebagai gedung Tarbiyah. Di bawah gedung Tarbiyah pada saat itu terdapat pohon akasia yang masih berusia empat tahun, karena pada saat itu ada pekerja yang menumbanginya. Pohon akasia sudah gundul. Ranting-rantingnya sudah dipotong, dan di bawah pohon itulah mahasiswa yang mengikuti organisasi memarkirkan motornya di bawah teduhnya rindang pohon tersebut pada saat belum ada pekerja yang ingin menebang pohon tersebut.
Pada saat itu di lantai dua gedung MA Syarif Hidayatullah, dan di lantai atas gedung tersebut terdapat beberapa sekreteriat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), termasuk Lembaga Pers Mahasiswa saat itu dan sejarah pohon akasia yang tumbuh di dekat gedung tarbiyah, bertepatan di Bank Syariah Kalbar berhadapan dengan tangga masuk MA Syahid Hidayatullah dan sebelum Bank Syariah ada mahasiswa yang mendaftar ulang kadang menunggu di bawah pohon itu.
Tahun 2010, masa itu gapura pintu masuk sedang dibangun. Belum ada pintu masuk keluar saat itu, dan jalan belum dibeton. Tanah merah ada banyak di sekitar pohon akasia, dan pembangunan sedang gencar-gencarnya. Ya, karena akan dibuat jalan itulah pohon akasia di tebang. Sekarang kita pun bisa merasakan kenyamanan berkendara di jalan yang dulunya ada pohon akasia. Jalan mulus dangan dua jalur di tengah-tengahnya ada taman membentuk memanjang, dan ada pohonnya, dengan ketinggian sekitar setengah meter, membuat suasana teduh dan rapi.
Lokasi tumbuhnya pohon akasia juga sudah berubah rupanya, tidak ada lagi rumput-rumput dan tumbuhan bambu kecil di sekitarnya. Tidak ada yang berwarna merah maupun hitam. Sudah berubah menjadi indah begitu pula dengan perguruan tinggi tempat dia tumbuh dulu STAIN Pontianak, kini telah berubah stausnya menjadi IAIN Pontianak.
Pada Juli 1965, Yayasan Sadar mendirikan Fakultas Tarbiyah di Pontianak yang kemudian disusul dengan Fakultas Ushuludin di Singkawang. Setelah berjalan selama 4 tahun, Fakultas ini bersama-sama dengan Fakultas Ushuludin Singkawang, dinegerikan dengan surat Keputusan (SK) Menteri Agama No. 26 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969 sebagai cabang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh KH. Moh. Dahlan selaku Menteri Agama RI pada saat itu.
Sekitar awal 1969 berdasarkan dokumen kesepakatan antara Yayasan Sadar Pembina Fakultas Tarbiyah Pontianak dengan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikirim tiga oarang dosen dari IAIN Jakarta, yaitu Drs. Ahmad Lujito (Ahli Ilmu Pendidikan), Drs. Mardiyo (Ahli Bahasa Arab), dan Drs. Moh. Ardani (ahli ilmu agama).
Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Agama No. 93 Tahun 1973 tentang pemindahan Fakultas Ushuludin IAIN Syarif Hidayatullah di Singkawang ke Fakultas Tarbiyah Pontianak. Maka Fakultas Ushuludin Singkawang akan dileburkam ke Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah di Pontianak. Surat keputusan itu ditandatangani oleh H. A. Mukti Ali selaku Menteri Agama RI pada Oktober 1973.
Setelah berjalan selama delapan tahun, status awal sebagai fakultas muda Cabang IAIN Jakarta yang hanya dapat menghasilkan sarjana muda, kemudian berkembang menjadi Fakultas Madya pada tahun 1982 lembaga ini sudah memiliki kewenangan untuk menghasilkan sarjana penuh, bersama dengan perkembangan kelembagaan, status fakultas cabang pun berubah menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Pontianak.
Pada 1 Desember 1975 Menteri Agama RI mengeluarkan sebuah SK tentang pembentukan dewan Kurator Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidaytullah Cabang Pontianak dengan Brigadir Jendral Kadarusno (selaku gebernur kalbar pada saat itu) sebagai ketua, Muchommad Barir, SH (Selaku Wali Kota Pontianak) sebagai wakil ketua dan Drs. H. Moh. Ardani ( selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Cabang Pontianak ) sebagai sekretaris. Kemudian ada 12 anggota yaitu M. Yusuf Syueb, Dr. Soegeng, Drs Bantara Batubara, Moh. Damiri, Chatib Sjarbaini , Ust. H. A. Rani Mahmud, Tan Abdullah, Drs. Tammar Abdul Salam, Drs. Abdul Rasyid, Usman Samad BA, Ir. Said Ja’far dan satu nama yang tidak terbaca lagi di-SK tersebut. Dewan Kurator ini menurut SK tersebut berfungsi sebagai dewan penyantun keperluan atau kebutuhan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Cabang Pontianak.
15 tahun kemudian, melalui keputusan Presiden No.11 tanggal 21 Maret 1997, bertepatan dengan 12 Dzulkaidah 1417 H, Fakultas Tarbiah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Pontianak bersama- sama dengan 32 Fakultas jauh IAIN lainnya di seluruh Indonesia, berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN Pontianak). Dengan kata lain STAIN Pontianak berserta STAIN-STAIN lain memperoleh kesempatan untuk mandiri, tidak lagi bergantung pada IAIN Induk. STAIN Pontianak merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang berada di Kalimantan Barat, dan pada 2013 berubah status dan diresmikan menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN Pontianak) tahun 2014. (Yusriadi dkk, Berdiri di Tapal Batas, persembahan club Menulis untuk sejarah STAIN Pontianak (1997-2013). Hlm, 108-110).
Pada tahun 1998 di saat itu masih marak yang namanya dengan organisasi perpeloncoaan, maksudnya mahasiswa baru itu diperkenalkan ke akademik kampus atau lingkungan kampus seperti ospek tetapi pada zaman dahulu dinamakan pekan orentasi mahasiswa kampus (pomkam), keadaan lingkungan kampus masa itu sangat berbeda sekali dengan sekarang, dari gedung, masjid, ruang kuliah hingga sampai kantor.
Pada masa itu IAIN belum membentuk yang namanya fakultas, tetapi masih di sebut jurusan. Di jurusan Tarbiyah saat itu hanya mempunyai dua priodi saja yaitu PBA dan PAI.
Alumni mahasiswa IAIN yang sekarang mengambil S2 di IAIN, dahulu pada masa menganbil S1 di Jurusan Tarbiyah, Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) pada saat menceritakan masa beliau pernah pindah ke Jurusan PAI pada semester lima. Kemudian ruang kuliah di kelas Tarbiyah pada saat itu masih menggunakan gedung MA Syahid Hidayahtullah dan masih menggunakan papan, kursi kayu, dan dosen pada saat itu mengajar masih menggunakan kapur, beda dengan sekarang yang menggunakan spidol.
Letak gedung pada saat itu antara gedung Biro dan gedung Zuhri, awal kuliah pada saat itu hanya ada tiga jurusan dan belum disebut fakultas, yaitu jurusan Tarbiyah, Dakwah, dan Syariah, dan di Tarbiyah ada program studi yaitu PAI dan PBA, dakwah program studinya BKI dan KPI, dan Syariah hanya satu prodi saja. Prodi PAI ada 2 kelas, dan setiap kelas ada 30 mahasiswa, PBA satu kelas dan jumlah mahasiswa di kelas hanya beranggotakan belasan mahasiswa.
Menurut narasumber, masa itu gedung yang beliau gunakan untuk kuliah masing-masing jurusan sudah terpisah, namun ada sebagian yang masih numpang kelas, karena kekurangan ruang kelas.
Penulis : Napipah Badriyah
Editor : Imam Maksum