wartaiainpontianak.com – Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif MA mengimbau pada peserta wisuda untuk tidak bersikap ke kiri dan tidak terlalu ke barat-baratan. Hal tersebut diucapkan Syarif ketika memberikan sambutan pada Wisuda Sarjana dan Pasca Sarjana IAIN Pontianak di Gedung Sport Center, Kamis 28 Maret 2019.
“Tidak mengkafir-kafirkan orang lain, tidak memfitnah orang lain. Seolah-olah mendapat lisensi surga dari Tuhan. Tapi saya pastikan tidak ada liberalisme,” ujar Syarif. Wisuda tersebut bertajuk merajut prestasi demi kemuliaan IAIN Pontianak dan kebanggaan sebagai bagian kementerian Agama.
Sebanyak 431 wisudawan dan wisudawati mengikuti prosesi wisuda. Meliputi wisudawan FTIK sebanyak 183, Fasya 19, FUAD 52, FEBI 177 dan Pasca Sarjana PAI 9 wisudawan. Selain itu wisuda juga dihadiri civitas akademik IAIN Pontianak dan orang tua wisudawan, maupun sanak keluarga.
Syarif mengatakan bahwa di IAIN Pontianak tidak ada dosen yang mempunyai pemahaman liberal. “Jika ditemui, maka jika ada saya akan tindak SK-nya,” katanya. Terkait pentingnya menjaga kesatuan NKRI , Syarif menyebut anggaran 92,5 milyar untuk kampus IAIN Pontianak merupakan kepercayaan negara untuk mengembangkan pendidikan bangsa. “Negara memberi biaya demi meningkatkan pendidikan, maka dari itu NKRI harga mati,” tutur Syarif.
Salain itu pentingnya membangun sopan santun dan etitut juga disinggung oleh Rektor IAIN Pontianak tersebut. “Jika kita sudah punya hal itu maka dunia kerja akan datang kepada kita. Pun punya kejujuran, integritas, ulet dalam berusaha,” kata Syarif.
Mahasiswa yang punya ragam aktivitas di kampus dan keahlian diharapkan mampu memberikan manfaat bagi negara. ” Aktivis di kampus, insya Allah juga punya peran baik di dalam kampus. Tampilkan keahlian mu sumbangkan dan baktikan kepada masyarakat,” tutur Syarif.
PJ Sekda Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Dr. Sy. Kamaruzzaman, M. Si mengatakan visi Gubernur Kalimantan Barat adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan infrastruktur dan tata kelola pemerintahan. “Dari visi itu ada beberapa poin penting, di antaranya peningkatan sumber daya manusia,” tuturnya.
Sementara, Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Ismail Ruslan saat memberikan orasi ilmiah menuturkan data Pusat Pengkajian Islam dan menyebut 50 persen guru memiliki opini pemikiran intoleran. Oleh karena itu, kata Ismail Ruslan sangat penting menyampaikan pesan-pesan kebangsaan kepada generasi muda dan milenial.
Reporter : Imam Maksum