Penulis : Adhetia Nur Annisa
Belakangan ini peristiwa bencana alam datang silih berganti. Baik itu tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor, hingga letusan gunung merapi. Peristiwa ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan di belahan bumi yang lain. Indonesia sendiri secara geografis merupakan negara kepulauan yang terletak pada empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik yang mengakibatkan berpotensi ancaman bencana.
Akhir-akhir ini terdapat beberapa peristiwa bencana alam yang menimpa saudara-saudara kita. Yang mana diantaranya yakni gempa bumi yang terjadi di Lombok pada tanggal 29 Juli 2018 lalu dengan 6.4 – 7.0 skala richter yang menewaskan 555 nyawa. Terdapat 400.000 orang harus mengungsi ke tempat pengungsian.
Selang beberapa bulan kemudian, peristiwa gempa bumi terjadi di Palu dan sekitarnya pada tanggal 28 September 2018. Tercatat setidaknya 2000 lebih meregang nyawa atas terjadinya musibah tersebut. Sebab gempa berkekuatan 7.7 skala richter yang disertai gelombang tsunami.
Dari sekian gempa bumi yang terjadi di Indonesia, gempa bumi di Lombok dan Palu merupakan yang terparah di tahun 2018. Belum sempat pulih dari peristiwa yang terjadi di Palu berikutnya diikuti pula dengan bencana alam yang serupa yakni tsunami yang terjadi di pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung. Penyebabnya disinyalir akibat aktivitas vulkanik dan bukan dari gempa tektonik.
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (nature disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Lalu, bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim dalam menanggapi peristiwa bencana alam tersebut? Sebagai seorang muslim kita meyakini semua itu adalah atas kehendak Allah yang Maha Pencipta. Allah berfirman “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah” (QS. Al-Hadid: 22).
Bencana yang menimpa negeri yang mayoritas muslim terbesar di dunia ini bisa berupa adzab, cobaan, dan peringatan dari Allah SWT. Hal ini disebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri yang melanggar syariat Islam. Mulai dari menyekutukan Allah, tidak mau mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslim, hingga maraknya hubungan sesama jenis.
Sebagaimana firman Allah “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta, dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.” (QS. Al-Baqarah: 10-12).
Maka dari itu di tahun yang baru ini semoga kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa bencana alam yang terjadi sebelumnya dan semoga semua bencana ini dikarenakan Allah yang Maha Rahim yang masih menyayangi kita. Ibarat orang tua yang masih menyayangi anaknya sudah semestinya ia akan selalu mengingatkan dan memberi teguran kepada buah hatinya agar tidak melakukan hal yang serupa. Semoga Allah mengampuni kita semua dan semoga Allah senantiasa selalu melindungi negeri ini, dan semoga pula kita dapat mengambil pelajaran untuk sadar dan tidak akan melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah.
Firman Allah “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?. Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?. Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.” (Q.S. Al- A’raf :96-99). Wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun.