www.wartaiainpontiank.com – Prodi Studi Agama-Agama, Institut Agama Islam Negeri Pontianak mengadakan seminar (studium general). Studium general kali ini, Prodi Studi Agama-Agama mengundang pembicara yang tidak kalah menarik dari seminar-seminar sebelumnya dan HMPS SAA sebagai panitia pelaksana studium general. Studium general ini dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, yaitu Dr. Ismail Ruslan, M.Si, bertepatan di Aula Syekh Abdul Rani IAIN Pontianak, Selasa (17/09/19).
Dalam seminar ini, prodi mengundang Dr. Urbanus, M.TH selaku dosen Sekolah Tinggi Theologi Pontianak “PENGUATAN NILAI KARAKTER DALAM STUDI AGAMA-AGAMA”.
Kemudian, pemateri kedua adalah Dr. Syahbudi Natoras, M.Ag notabene sebagai dosen Theologi IAIN Pontianak, peneliti “Techno-Theologi dan Studi Agama-Agama.”
Acara studium general ini dihadiri oleh mahasiswa, tentunya wajib bagi mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama karena tujuan dari Studium general diselenggarakan salah satunya untuk meningkatkan kualitas keilmuan Studi Agama-Agama. Dr. Syahbudi membahas seputar permasalahan yang viral di Indonesia, apa lagi berbicara tentang agama, sedangkan agama yang diakui di Indonesia yaitu ada 6 agama.
Namun beberapa hari lalu dari Indonesia yang sangat terkenal bahkan pernah ditawarkan oleh Indonesia untuk menjadi wakil presiden namun beliau tidak mau, jelas kalian semua tau siapa dia. Ustad Abdul Somad, LC., M.A. Beliau dilaporkan oleh seorang kristiani yang tidak terima dengan jawaban Ustad Abdul Somad bahwa dalam patung ada jin-jin.
Kenapa berita ini bisa viral dan menjadi permasalahan yang mengakibatkan penganut Kristen menjadi marah dan tidak terima? Nah, salah satu penyebab viral pernyataan ustad Abdul somad adalah media sosial yang disalah gunakan. Bukan umat Kristiani saja yang tidak terima. Umat Muslim pun tidak terima kepada umat Kristen karena telah melaporkan tokoh agama yang sangat berpengaruh, khususnya di Indonesia.
Sebenarnya masalah ini dikemas dalam permasalahan hoaks, mungkin orang-orang yang paham tentang hoak tidak akan ambil pusing, namun apabila ada orang yang tidak paham tentang hoak maka isu tersebut akan manampilkan sebuah kontra yang menyebabkan perpecahan umat beragama atau lebih tepat nya konflik agama. Sebenarnya ini permasahan dalam perbedaan theology dan religious studies.
Jika dalam thelogy maka yang hurus dipahami adalah the word of faith akan tetapi jika dalam religious wisenschaft maka yang harus dipahami adalah the world scholarship. Maka dari orang beragama harus matang dalam pengetahuan nya sehingga kita bisa menyesuaikan diri dalam kehidupan umat beragama. Dalam buku religion and technology in the 21 st century faith in the E-world. Dalam buku ini Susan George (1967) mengajukan pendekatan senergi untuk menjelaskan keterkaitan (intersection) antara agama dan teknologi.
Pembicara kedua yaitu Dr. Urbanus, M.TH. yang sejenak membahas perbedaan sudut pandang manusia dalam menafsirkan suatu hal. Maka, perbedaan dalam masyarakat merupakan masalah yang biasa dan lazim adanya. Selain itu, dijelaskan juga perkembangan pola industri yang ada di Indonesia dari awal hingga sampai ke era industri 4.0.
Dahulu, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang baik, santun, dan ramah terhadap sesama. Namun, kini justru sebaliknya. Tajuk berita diramaikan dengan korupsi, penistaan agama, merosotnya moral, karakter, serta budaya Indonesia. Etnosentrisme, fanatisme agama, serta penyalahgunaan teknologi, khususnya media sosial, juga menjadi masalah tersendiri di era 4.0 ini. Tentunya, hal tersebut sangat menyedihkan karena karakter masyarakat Indonesia semakin menurun dan mudah diadu satu sama lain.
Akibat dari problematika itulah, revitalisasi moral dan kultur yang inklusif perlu dilakukan dengan pembaharuan karakter. Religius, jujur, kreatif, mandiri, toleransi, disiplin, dan kerja keras adalah kunci keberhasilan dalam hidup. Jika telah memiliki nilai-nilai karakter seperti itu, maka hidup kita akan berjalan dengan baik dan mampu menaklukkan industri 4.0 ini.
Penulis: Aida Harfitta Nur Linda
Editor: Syarifah Desy