wartaiainpontianak.com – Peringatan Hari pahlawan merupakan hari bersejarah untuk memperingati pertempuran yang terjadi di Surabaya yang pada saat itu, para tentara serta milisi indonesia yang pro dengan kemerdekaan berperang melawan tentara britania raya dan belanda yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia.
Tepat jatuh pada tanggal 10 november, seluruh lapisan masyarakat indonesia mengenang jasa para pahlawan dengan melakukan serangkaian upacara penaikan bendera setengah tiang. Hal ini sebagai wujud rasa terima kasih kepada mereka atas perjuangan yang sangat luar biasa. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawan”, begitulah kata sang proklamator.
Menjadi pahlawan itu bukanlah suatu hal yang mudah seperti halnya membalikan telapak tangan. Mereka terus melawan dan berjuang demi tanah air tercinta Indonesia. Tanpa merasa lelah juga tanpa putus doa, mereka terus membawa Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan. Dengan cucuran darah yang bercampur keringat, mereka memikul dan mengantarkan Indonesia ini kepada kemerdekaan yang berdaulat, adil, dan makmur. Mengenang jasa para pahlawan seperti yang dikatakan oleh Soekarno, belum cukup untuk membesarkan bangsa ini.
Perlu adanya pemikiran para kaum muda yang idealis untuk membangun serta membesarkan negeri yang kaya ini. Jauh setelah zamannya para pahlawan yang membawa kemerdekaan. Kini Indonesia dihadapkan dengan zaman dimana teknologi menjarah keberbagai lapisan masyarakat di Indonesia yang notabenenya kalangan remaja.
Generasi pada zaman milenial ini menurut kutipan dari jurnalcowok.com bahwa kaum milenial itu dianggap malas dan narsis. Ungkapan seperti ini bukan hanya sesekali kita dengar dari generasi yang lebih tua. Namun faktanya, lebih dari 63% pekerja dari generasi milenial memiliki rentang usia mulai dari 18-29 tahun. Apalagi kaum ini diklaim sebagai kaum pemalas. Semangat kaum milenial memang mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Yang menjadi alasan mengapa hal itu bisa terjadi? Karena pada era pahlawan saat itu tak semudah zaman sekarang. Sehingga kaum zaman milenial tidak perlu banyak menggerakkan anggota tubuhnya untuk menjalankan aktivitas seperti halnya ketika berinteraksi sosial.
Dengan hal yang sekarang, untuk membangun Indonesia itu tidak perlu sekeras zaman penjajah. Semangat melanjutkan perjuangan para pahlawan akan tetap berlanjut dengan mengandalkan fasilitas yang hadir pada saat ini. Dengan adanya teknologi, memudahkan kaum milenial untuk menunjukkan potensinya sebagai pahlawan untuk membesarkan nama dan bangsa Indonesia ini hingga kepelosok dunia.
Generasi x ( generasi tua sebelum milenial) mempercayakan bangsa ini ketangan kaum milenial sebagai penerus untuk mewujudkan cita-cita para pahlawan yang terdahulu. Pemuda saat ini dengan mudahnya beradaptasi dengan dunia luar. Ini yang menjadi salah satu potensi berelasi agar Indonesia dapat bersaing di kancah internasional.
Dengan persediaan Sumber Daya Alam yang melimpah ruah, menjadikan Indonesia sebagai incaran bangsa-bangsa asing untuk menjajah di sektor pertambangan karena minimnya sumber daya manusia. Ini yang seharusnya menjadi perhatian lebih bagi masyarakat milenial sebagai pahlawan Indonesia agar tak lagi terjajah dari sektor manapun di negeri ini. Intinya, seorang pahlawan itu harus terbebas dari penjajahan apapun itu bentuknya.
Penulis : Farli Afif
Editor : Sulistyo