wartaiainpontianak.com – Pekan Bakti Mahasiswa (PBM) Fakultas Tarbiyah Ilmu dan Keguruan (FTIK) telah dilaksanakan pada 4 Februari 2019 -11 Februari 2019 di Desa Retok. Kegiatan ini adalah kegiatan wajib yang diadakan oleh DEMA IAIN Pontianak. Juga merupakan agenda lanjutan dari Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK).
Dalam kegiatan ini, panitia telah membagi menjadi 20 kelompok dengan lokasi yang berbeda-beda. Pembagian kelompok tersebut ada yang di Desa Retok dan ada pula yang di Desa Kubu Padi. Lembaga pendidikan Hidayatul Ulum “Al- Hasani “ terletak di kelompok 3 dan kelompok 4. Dalam program kerja untuk mengajar, kelompok 3 dan kelompok 4 membagi tugas berdasarkan jenis pendidikannya.
Program pendidikan pada lembaga pendidikan Hidayatul Ulum “Al- Hasani “ yaitu MI, Mts dn MA. Lembaga pendidikan Nurul Hidayah menjadikan MI, Mts,dan MA bergabung dalam satu atap dengan kondisi kelas yang sangat sederhana. Setiap harinya kelompok 3 dan 4 secara suka rela menjadi pengajar dalam kurun waktu seminggu.
Dalam kurun waktu seminggu tersebut, pengajar dari kelompok 3 dan kelompok 4 menuai kenangan manis bersama peserta didik di sana.
Rabu, 6 Februari 2019 adalah jadwal kelompok 3 untuk mengajar MI. Seperti dengan kesepakatan bersama dalam kelompok 3, saya mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarga Negaraan (PKN) di kelas 1,4,5 dan 6. Pada kesempatan mengajar kali ini, saya tidak melakukan pengajaran lanjutan dari mata pelajaran tersebut. Kesempatan mengajar tersebut saya pergunakan untuk mengenal lebih dalam adik-adik di sana.
Cara pengenalan yang saya lakukan adalah memberikan tugas pada peserta didik saya untuk menuliskan hal apa saja yang bertujuan untuk menyampaikan sesuatu atau pun bertanya. Setiap kelas yang saya datangi, maka proses pengenalan terhadap peserta didik saya perlakukan serupa.
Setelah penerapan proses pengenalan saya lakukan, maka saya dan teman saya Nuraini Oktavia dan Fitri membuka isi surat tersebut. Ternyata isi dari surat mereka membuat kami terharu. Kepolosan dan ketusan mereka dengan kedatangan kami membuat kami ikut merasakan kesedihan mereka yang akan kami tinggal karena kegiatan ini hanya berlangsung seminggu. Kebanyakan isi surat dari mereka berbentuk pantun. Saya sebagai pengajar, ikut heran.
Mengapa mereka masih MI saja telah mahir dalam berpantun. Pantun mereka memang terbilang sederhana namun ketepatan kata yang mereka pilih sudah sesuai dengan ketentuan pantun yang berlaku. Kemudian saya bertanya dengan salah satu murid di kelas 4 dan murid laki-laki tersebut mengatakan “ Guru Bahasa Indonesia kak yang mengajari kami. Setiap pelajarannya kita membuat pantun,” ujar salah satu murid kelas 4.
Ternyata, guru Bahasa Indonesia di lembaga pendidikan Nurul Hidayah memberikan keunikannya sendiri dalam metode pembelajarannya. Tidak hanya MI saja yang mahir berpantun, Mts dan MA juga demikian. Bahkan mereka dapat berpantun secara spontan tanpa menggunakan buku dan pulpen. Kemahiran mereka adalah salah satu keunikan dalam metode pembelajaran yang diterapkan di lembaga pendidikan Hidayatul Ulum “Al- Hasani “ Desa Retok Jalan Parit Salam.
Reporter : Feby Kartikasari